Bertemu Teman Baru?

1K 78 0
                                    

Pagi itu di ruang makan sangat hening, hanya ada denting suara sendok yang bergesekan dengan piring. Tidak ada yang memulai percakapan. Setelah kejadian semalam, Hael hanya memilih diam begitupun Novalee.

Namun sekarang Hael yang merasa gusar, dia benar benar tidak suka keheningan. Jika bisa ia mengajak bicara kursi dan meja mungkin sudah ia lakukan. Yang sedari tadi Hael lakukan, hanya makan dengan mengayun ngayunkan kakinya sangking merasa bosan, dengan mata yang melihat kesana kemari mengabsen barang barang yang ada di sekitar ruang makan dalam hati.

"Hari ini kamu fitting baju lagi" Novalee yang sedari tadi diam sambil membaca sebuah dokumen pun akhirnya berbicara. Hael yang mendengar suaranya langsung menoleh.

"Kita mau ke boutique yang semalem lagi?" Novalee menggeleng.

"Beda boutique, kamu ga pergi sama saya" Hael bingung, lalu sama siapa ia pergi?

"Terus?"

Sebelum Novalee menjawab beberapa orang bawahannya masuk ke ruang makan, mereka memberi hormat lalu berbicara.

"Nyonya, Nona Hera sudah sampai"

'Hera..?' Hael merasa tidak asing dengan nama itu.

"Suruh tunggu di ruang tamu, saya akan segera kesana" Kedua bawahan tadi langsung pergi dari sana sehabis memberi hormat.

"Selesaikan makanmu, susul saya ke sana nanti" Novalee membersihkan area mulutnya dengan serbet yang di siapkan, lalu meninggalkan Hael di ruang makan.

Di ruang tamu Hera tidak sendiri, ada seorang laki laki di sebelahnya yang sedari tadi mengagumi mension Novalee, ia tidak berhenti melihat sekitar berdecak kagum.

"Bukankah rumahku lebih bagus dari ini?" Hera menyeletuk pria yang sedari tadi hanya terfokus dengan sekelilingnya.

"Iya bagus, mension ini bagus juga. Semua temen kakak punya rumah kaya gini?" Ucap pria itu dengan binar mata yang penasaran.

"Maybe" Hera mengakat bahunya, lalu menoleh ketika mendengar langkah seseorang datang ke arah mereka.

Pria yang di sebelahnya ikut menoleh dan merasa sangat terkejut. Ia mendekatkan diri ke Hera dan bersembunyi di balik punggu Hera.

"Don't worry, she won't hurt you.. Marcel" Ya itu pria itu adalah Marcello Adrinata.

"A rabbit is scared, huh?" Novalee duduk dengan santai di sebuah sofa single dan menatap ke arah Marcel yang berada di belakang Hera. Tatapan yang terlihat tenang itu malah terlihat lebih menakutkan dari tatapan singa yang kelaparan, rasanya ketika menatap mata itu bisa terbunuh dengan sekejap mata.

"Where's your boyfriend?" Hera bertanya karena tidak melihat Hael sedari tadi.

"Masi makan, sebentar lagi dia kesini. Kembalilah sebelum matahari terbenam. Aku akan membawanya ke rumah orang tuaku"

"Kau yakin?"

"Ya, aku juga akan membawa ibuku kesini"

"Ayahmu akan membunuhmu sebelum kau berhasil keluar" Novalee terkekeh

"Kau lupa? dia masih mendekam di penjara"

"Aksi konyolmu benar benar membuat semua orang di bawah ayahmu ketar ketir, mereka seperti anak marmut yang kecarian induknya" Novalee hanya diam, tatapan damai itu terlihat sangat tidak menyesal dan seakan akan berkata 'ini memang sudah seharusnya'.

"Lee, aku udah.. LO?!" Hael yang datang terkejut melihat Hera, sekarang dia ingat wanita ini. Harusnya dia tidak terkejut, karena Hera sudah memberi tahunya bahwa dirinya adalah partner Novalee, tapi tetap saja dirinya terkejut.

"Still shocked? We've met before if you forget it" Hael kembali berjalan untuk mendekati mereka, ia berdiri di samping Novalee yang masih duduk.

"Pergilah, beli sesukamu" Novalee memberikan sebuah kartu kepada Hael.

"Kamu ga ikut? Aku gamau sama dia" Ucap Hael sambil menunjuk Hera, ada sedikit rasa tidak nyaman ketika pergi bersama Hera.

"Why? I am not doing anything?" Hera bingung kenapa Hael seperti kemusuhan dengan dirinya.

"Pokoknya gamau" Novalee menghela nafas, ia menatap Hael dengan tatapan khasnya yang terlihat damai namun tetap tegas.

"Hael, ini cuma sebentar" Hael tetap menggeleng.

"Hey, marmut ikutlah denganku! Aku tidak akan melakukan apapun" Hael menatapnya dengan kesal, tapi mata itu langsung menatap ke mata polos yang sedari melihat huru hara mereka. pria kecil itu hanya diam sedari tadi. Hael merasa pria itu mungkin baik.

"Itu siapa?" Ucap Hael menunjuk pria itu. Hera yang tau kemana Hael menunjuk, hanya melihat Marcel lalu mengode Marcel untuk memperkenalkan dirinya.

"Aku.. Marcel" Ucap Marcel dengan pelan sambil menyembunyikan lagi kepalanya di belakang punggung Hera.

"Yaudah aku mau pergi, tapi dengan satu syarat" Ucap Hael kepada Novalee, dan Novalee hanya mengangkat alisnya tanda bertanya apa syarat yang dimaksud.

"Si cewe ini anterin aja aku pergi berdua sama Marcel, dia gausah ikut" Ucap Hael yang tentu saja membuat Hera membelakkan matanya.

"Hah? Ga bisa! He can't escape from my supervision."

"Emangnya lo pikir dia anak kecil? Dia udah gede, perginya sama gue kok, dia ga bakal kenapa napa!"

"No! Ga bisa, dia harus terus bersamaku!" Hera dan Hael saling menatap sengit membuat Novalee dan Marcel hanya bisa diam dan menghela nafas.

"Berhenti bertengkar, turuti saja dia Hera"

"No!"

"Kak.. Kayanya ga papa, aku pergi berdua aja nemenin dia" Ucap Marcel yang sedari tadi mencerna percakapan mereka, dia takut dengan Novalee tapi setelah melihat Hael dia pikir Hael bukanlah orang yang berbahaya.

"Lebay lo, ayo Marcel" Hael langsung menarik tangan Marcel untuk berjalan keluar dengannya.

"Hey! I haven't said anything"

"Cepetan, lo cerewet banget!" Ucap Marcel memerintah Hera, Novalee hanya bisa memijat alisnya. Ia harap ini pertemuan terakhir mereka, karena Novalee bisa terkena serangan jantung setiap kali mereka bertemu.

tbc ↓

OBSESSED WITH YOU [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang