7. Cinta dan Nafsu itu Beda

10 5 0
                                    

"Kalau memang benar cinta, nggak mungkin menjerumuskan ke neraka."

***


Cahaya diam. Apa yang dibilang Kahfi memang benar.

"Opini apalagi yang mau kamu keluarkan, Ya?" Kahfi bertanya sembari terkekeh geli. "Allah nggak melarang hambanya buat jatuh cinta. Tapi, kita yang harus bisa bedain mana cinta dan mana nafsu. Kalau kita nggak bisa membentengi diri kita sendiri, kasus nya akan sama seperti kasus-kasus yang aku tunjukkan tadi."

"Bahkan, karena nggak bisa bedain cinta dan nafsu, kadang justru perzinahan itu dilakukan atas persetujuan kedua belah pihak, kan? Dan mereka masih mengatas namakan cinta!"

Cahaya berpikir sejenak. Sampai-

"Gimana kalau pacaran tapi mengingatkan pada kebaikan? Contohnya ngingetin sholat?"

Kahfi menghela nafas sejenak. "Yang haram tetap haram, Ya!" ucapnya lembut.

"Kalau memang dia ngingetin kita sholat, itu mungkin bagus. Tapi, berarti ada yang salah dalam ibadah keduanya."

Cahaya kembali diam. "Kalau memang benar cinta, nggak mungkin menjerumuskan ke neraka, Ya!"

Cahaya menoleh ke arah Kahfi. "Ibaratnya gini, kalau semangka dan durian disatukan, mana yang paling parah rusak nya?" tanya Kahfi.

"Semangka," jawab Cahaya pelan.

Kahfi tersenyum. "Begitulah, Ya yang akan terjadi! Kalau terjadi perzinahan, maka yang paling dirugikan adalah perempuan. Bisa jadi nantinya, dia harus mengandung diluar nikah. Belum lagi kalau pihak laki-laki nggak mau bertanggung jawab, sakitnya melahirkan, bahkan sampai membesarkan anak yang dikandung nya sendirian. Lebih parah lagi, kalau dia frustasi, dia nggak mau mengurus bayinya, terus-"

"Cukup!"

Cahaya dan Kahfi tanpa sengaja bertatapan cukup lama. Saat Cahaya mulai ketakutan dengan perkiraan-perkiraan yang terjadi pada para korban pelecehan seksual itu, atau pelaku perzinahan nya.

"Iya, sekarang gue ngerti. Stop dulu bahas masalah itu, karena ada satu hal lagi yang mau gue tanyain."

Kahfi mengernyit kan keningnya. "Apa lagi?"

"Soal-hijab."

"Kenapa?"

"Ya, maksud gue kenapa cewek diwajibkan pakai hijab? Alasan utamanya apa?"

Kahfi kembali menghela nafas. Gadis disampingnya ini memang punya tingkat penasaran yang tinggi. Kahfi menunjukkan dua buah permen dengan kemasan yang sama. "Ini apa?"

"Permen,"

Kahfi membuka kemasan dari salah satu permen tersebut. Ia lantas menjatuhkan nya begitu saja. Begitupun dengan permen yang masih terbungkus rapi. "Coba kamu ambil, Ya! Kamu pilih salah satunya."

Cahaya menatap Kahfi. Seriously? Jelas Cahaya akan memilih permen yang masih terbungkus rapi. "Ini. Tapi, apa hubungan nya?"

"Coba ambil yang masih terbungkus!"

Cahaya menyerahkan kedua permen itu kepada Kahfi. "Ini, permen yang masih terbungkus. Dia nggak bisa langsung disentuh, karena ada kemasan yang membatasinya. Dia nggak bisa dilihat, karena ada kemasan yang membatasinya. Begitu juga perempuan, Ya! Menutup aurat dengan benar sesuai syari'at akan membuat nya jauh lebih terjaga."

Cahaya menatap Kahfi sedikit heran. "Kayak gini?" Cahaya menunjukkan dirinya melilit hijab yang tadi ia bawa.

Kahfi tersenyum. "Nggak gitu, Cahaya!

RAKITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang