"Kita perlu mendewasakan diri kita masing-masing. Perlu bertanya ke diri kita sendiri, ini cinta atau obsesi?"
***
Cahaya berjalan pelan menuju kelas Andra. Ia sudah memikirkan semuanya matang-matang. Ini semua sudah tidak bisa diperbaiki. Dia dan Andra perlu waktu masing-masing untuk mendewasakan diri.
"Kak Andra!" Cahaya memanggil Andra dari luar. Mendengar suara gadis yang ia cintai itu, Andra yang sedang melamun langsung bangkit dari duduk nya. Tiga hari didiamkan oleh Cahaya membuat nya sedikit frustasi.
"Ya, kamu udah maafin aku?" tanya Andra dengan mata berbinar sembari memegang tangan Cahaya.
Cahaya memejamkan matanya. Ia melepas pegangan tangan Andra. "Kak, aku mau kita bicara di taman."
Cahaya melangkah lebih dulu, diikuti Andra yang masih terheran-heran. Perasaan nya mendadak tak enak. Cahaya masih bersikap sedingin ini padanya.
Cahaya mendudukkan dirinya di kursi taman. Ia menatap lurus ke depan sembari menunggu Andra sampai. Sesampai nya disana, Andra langsung duduk menghampiri Cahaya.
"Ya,"
Cahaya menghela nafas berat. "Kak, maaf ya karena aku udah ngediemin kakak selama tiga hari ini." ucap Cahaya sembari tersenyum tulus.
Andra membalas senyuman itu sembari memegang tangan Cahaya. "Aku yang minta maaf. Aku egois, Ya!"
Cahaya tersenyum simpul. Ia menggenggam tangan Andra. "Kak, makasih kakak udah maafin aku. Tapi, aku rasa kita nggak bisa melanjutkan ini semua."
Deg
"Maksud kamu?"
"Kak, aku rasa kita perlu waktu untuk mendewasakan diri kita masing-masing. Perlu bertanya sama diri kita sendiri, ini cinta atau obsesi." Jeda. "Aku nggak mau kita malah jadi saling menyakiti kayak gini. Aku tau aku juga jadi banyak nyakitin Kak Andra karena hubungan ini!"
"Nggak, Ya! Kamu nggak pernah nyakitin aku! Aku minta maaf, aku tau aku egois! Aku tau aku bukan pacar yang baik buat kamu, tapi izinin aku perbaiki semuanya!" tegas Andra.
Cahaya menggeleng pelan. "Tolong, Kak! Kita perlu waktu! Kalau memang dari awal ini bisa diperbaiki, aku nggak memilih jalan ini. Tapi, apa? Nggak ada yang berubah!"
"Nggak Cahaya!"
"Kak!" Cahaya bangkit dari duduk nya. "Aku mau kita putus!"
Deg
Andra menggeleng pelan. "Kita nggak bisa mempertahankan hubungan yang justru membuat diri kita sama-sama sakit! Buat apa? Kakak juga nggak pernah mau berusaha buat memperbaiki semuanya, kan? Masih aja kakak seposesif itu sama aku! Sampai aku ngerasa terkekang atas itu semua! Aku capek!"
Mata Cahaya mulai menghangat. Sedangkan, tatapan Andra mulai sendu. Apa hubungannya dengan Cahaya benar-benar akan selesai? Cerita indah yang hampir satu tahun mereka ukir bersama, benar-benar akan berakhir?
"Nggak, Ya!"
"Ya, aku mohon!" Lelehan hangat itu mulai menetes dari mata Andra. "Aku janji akan ubah semua hal yang kamu nggak suka tentang aku. Tapi, aku mohon jangan sampai hubungan kita berakhir! Aku cinta sama kamu, Ya!"

KAMU SEDANG MEMBACA
RAKIT
SpiritualSpiritual-Teenfiction Ini tentang abu-abu yang dihampiri warna pelangi. Dan juga luka yang membalut dirinya sendiri, bersama setiap doa yang ia panjatkan kepada-Nya. ⚠️BUAT DIBACA BUKAN DIPLAGIAT.⚠️ Rank 🏅 3 in Rakit Rank 🏅 15 in Kahfi Rank 🏅 7...