8. Kasih Sayang

7 4 0
                                    

"Kasih sayang Mama sudah habis untuk mereka, ya?"

***


Terang bulan malam ini, tak seperti biasanya bagi Kahfi. Entah kenapa, beranda Twitternya banyak menunjukkan kehangatan keluarga kecil nan bahagia orang-orang. Tanpa sadar, air mata remaja itu mengalir tanpa diperintah.

"Gimana ya, rasanya punya keluarga seperti ini?" gumam Kahfi sembari mengusap foto yang ditampilkan di Twitternya. Sampai, postingan milik Tiara mampu mengalihkan atensi kahfi sepenuhnya.

 Sampai, postingan milik Tiara mampu mengalihkan atensi kahfi sepenuhnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Air mata Kahfi mengalir semakin deras. "Mama punya tiga anak, Ma!" gumam nya. Ia semakin terisak hebat. "Kasih sayang Mama habis untuk mereka, ya? Apa nggak ada sisa kasih sayang dari Mama untuk Kahfi?" lirih Kahfi mengeratkan pelukan pada foto ibunya.

"ASSALAMUALAIKUM! KAHFII!!! SPEDAAA!!!!" teriakan kencang milik Riko mendadak membuyarkan kesedihan Kahfi. Ia menghapus air matanya kasar.

Ceklek

Saat membuka pintu kamar, Kahfi refleks menghindar karena dorongan teman-teman nya. Riko, Arif, Nando, dan Ega, mereka masuk ke kamar nya tiba-tiba dan mulai menempati kasur empuk milik Kahfi.

"Elah, Fi! Kamar lo rapi bener, dah!" ucap Riko memuji kamar teman nya itu.

Nando terkekeh geli. "Ya iyalah, jelas lo sama Kahfi beda! Kamar lo bentukan nya udah kayak kapal kena hujan badai angin ribut!"

"Bentar-bentar! Kok kalian bisa kesini, sih?" tanya Kahfi heran.

Arif terduduk di kursi belajar Kahfi. "Pak Hidayat nyuruh kita kesini, nemenin lo! Aneh juga sih, padahal Pak Hidayat sama Bu Aini juga nggak kemana-mana!"

Kahfi terdiam sejenak. Pak Hidayat seolah selalu bisa menebak suasana hatinya yang sedang tidak baik-baik saja. "Oh, kalian mau minum apa?"

Riko terbelalak kaget. Ia bangkit dari telentang nya. "Eh,  bocah! Pak Hidayat yang baik hati dan tidak sombong, selalu bilang ke kita bahwa anggap aja rumah ini seperti rumah sendiri. Lo nggak usah repot-repot ngasih minum, nanti juga gue sama anak-anak ngambil sendiri minum nya!"

Kahfi hanya mengangguk pelan sembari menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Atensi nya teralih pada Nando yang tiba-tiba melamun sembari memandang ke arah luar kaca kamarnya.

"Lo kenapa?" tanya Kahfi sembari menepuk pundak Nando.

Lamunan remaja itu pun sontak terbuyarkan. "Eh, nggak! Cuma lagi agak pusing aja!"

RAKITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang