9. Dia surgaku

18 7 1
                                    

"Tolong, Mama jangan benci sama Kahfi. Surga Kahfi ada sama, Mama!"

***


Jam istirahat kini mulai menghampiri. Siswa dan siswi SMA Cakrawala kini mulai berhamburan keluar kelas mencari apa yang bisa mereka makan untuk mengganjal perut. Begitupula yang dilakukan 5 orang siswa yang kini terduduk sembari memilah-milah apa yang kira-kira akan mereka pesan.

"Mesen apa lo, Rif!"

"Gue biasa deh, Bakmi goreng satu!" timpal Riko dengan percaya dirinya. Padahal yang jelas-jelas ditanya oleh Arul adalah Arif.

"Eh! Gue nanya Arif, bukan lo!"

"Ye, kan gue pesen duluan aja!"

Pertengkaran menyebalkan itu terus berlanjut. Tapi, atensi Kahfi teralihkan pada Nando. Entah apa yang sahabatnya itu lihat, sampai seolah-olah ia enggan berpaling. Dan saat Kahfi mengikuti arah pandang Nando, ia melihat Cahaya dan teman-teman nya yang lain. Hingga, tanpa sengaja Kahfi mendengar gumaman Nando.

"Cahaya cantik," gumam Nando.

Kahfi meneguk salivanya pelan. Apa pujian Nando itu mengandung maksud lain? Tapi, kenapa ia harus khawatir? Tidak seharusnya ia seperti ini. Lagipula, Kahfi tahu Nando dan Cahaya itu partner di Organisasi mereka. Jadi, wajar saja kalau Nando sesekali memuji Cahaya.

"Fi, mau pesen apa, lo?" tanya Arul.

"Samain aja kayak kalian,"

"Oke, Fi!" Arul mulai mencatat pesanan Kahfi.

"Bagian Kahfi aja, langsung oke. Bagian gue?" ujar Riko sedikit kesal.

"Ya iyalah, Kahfi kan nggak doyan ngutang kayak, lo!" jawab Arul.

Nando terkekeh. "Udah-udah, ngapain berantem, sih? Lagian lo juga, Ko! Punya duit banyak, masih aja ngutang!"

"Tiap minggu juga gue bayar, tenang aja kali!"

"Tenang sih tenang, cuma si Teteh bosen lo utangin terus!" timpal Arif.

"Udah kan pesenan kalian ini, doang? Ya udah gue pesenin, ya?" Arul beranjak memesan makanan ke kedai milik si teteh.

"Cahaya sama Hilda kesambet apa tiba-tiba pake hijab?" tanya Riko sedikit bergurau.

"Bahasanya, Ko!" tegur Kahfi. "Harusnya kita support dong Cahaya sama Hilda pakai hijab, kan bagus!"

"Tau, lo!" timpal Nando.

"Ya nggak gitu maksud gue." elak Riko sembari menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Atau jangan-jangan, Cahaya kayak gini karena suka sama, lo!"

Uhuk-uhuk....

Kahfi tersedak minuman nya sendiri akibat ulah Riko. "Ngomong enak banget ya tuh, mulut! Minum-minum, Fi!" Nando menyuguhkan minuman dan tisu pada Kahfi.

"Sorry, Fi! Gue kan asal jeplak doang tadi!" Riko mengusap-usap punggung Kahfi.

"Ko, nggak mungkin lah Cahaya suka sama gue! Lagian dia kan pacaran sam-"

RAKITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang