"Cinta itu anugerah indah yang Allah berikan pada hati setiap manusia. Cinta itu suci. Maka kesuciannya harus dijaga dari maksiat yang mengatasnamakan cinta."
—Rakit—***
Dean menggendong Kahfi menuju arah Bumi Perkemahan. Jujur, Dean khawatir dengan keadaan Kahfi. Dan mungkin, isi pikiran dan hatinya saling bertanya jawab. Isi pikirannya bertanya, kenapa ia bisa sepeduli itu pada seseorang yang baru ia kenali beberapa minggu lalu? Dan hatinya menjawab, ia dan Kahfi memiliki keluarga yang hampir sama. Sama-sama tidak utuh, dan melihat bagaimana Kahfi menyelamatkannya hari itu, mempercayainya tanpa kecurigaan, jelas membuatnya banyak berhutang budi pada cowok itu.
Saat tengah berperang dengan isi kepala dan hatinya, Dean bertemu dengan rombongan Nando dan teman-temannya. Nando yang melihat Kahfi digendong dengan cowok yang nggak dikenal, jelas cukup merasa panik dan curiga.
"Kahfi, Kahfi kenapa?" tanya Nando khawatir.
"Dia nggak papa, cuma panik aja dan itu bikin emosionalnya nggak stabil. Dia sedikit demam," jawab Dean seadanya.
"Ya sudah, Pak tandunya!" titah Pak Hidayat pada salah seorang tim SAR.
Mereka meletakkan Kahfi pada tandu yang dibawa rombongan sedari tadi. Nando menatap Dean heran. Siapa sebenarnya cowok ini? Kenapa dia bisa dekat dengan Kahfi sebegitunya?
***
Saat rombongan datang, kentara sekali raut wajah Cahaya yang semula cemas berubah menjadi lebih lega. "Itu mereka!"
Cahaya segera menghampiri mereka. Namun, yang ia dapati Kahfi malah terbaring lemah di tandu tersebut. "Ini—Kahfi kenapa?"
"Kahfi demam, Ya. Kayaknya dia kedinginan." jawab Nando.
"Ya Allah, kasian banget Kahfi! Ya udah, Pak bawa ke tenda panitia aja!" ujar Hilda menambahi.
Mereka pun beranjak menuju ke posko panitia. Semua mata tertuju pada tubuh Kahfi yang diangkat menggunakan tandu. Selain itu, mereka juga memperhatikan Dean yang tak mereka ketahui siapa. Tatapan tajam cowok itu cukup membuat mereka semua yang ada di sana terpukau sekaligus ketakutan.
Mereka membaringkan tubuh lemah Kahfi di tenda panitia. Beberapa siswa lainnya mencoba menghubungi petugas kesehatan terdekat. Sedari tadi, netra Cahaya tak lepas dari menatap khawatir Kahfi. Tanpa sadar, hatinya merapalkan banyak do'a untuk cowok itu.
Tatapan penuh kekhawatiran itu juga tak lepas dari tatapan Andra. Semudah itukah Cahaya melupakannya? Apa sebegitunya ia yang mengaku hanya teman mengkhawatirkan Kahfi? Andra mengalihkan tatapannya. Rasanya ia harus profesional dalam tugasnya.
Untuk memeriksa Kahfi, salah seorang tenaga kesehatan memerintahkan mereka semua untuk keluar terlebih dahulu. Momen itu dimanfaatkan Nando untuk menanyakan siapa cowok yang tadi menolong Kahfi.
"Dean—lo ke sini lagi?" tanya Cahaya.
"Aya, lo kenal sama dia?" tanya Nando balik pada Cahaya.
"Dia Dean. Temen SD, sekaligus dia masih satu komplek sama gue."
"Lo—Dean. Gimana ceritanya lo bisa nolongin Kahfi?" tanya Nando penuh selidik.

KAMU SEDANG MEMBACA
RAKIT
SpiritualSpiritual-Teenfiction Ini tentang abu-abu yang dihampiri warna pelangi. Dan juga luka yang membalut dirinya sendiri, bersama setiap doa yang ia panjatkan kepada-Nya. ⚠️BUAT DIBACA BUKAN DIPLAGIAT.⚠️ Rank 🏅 3 in Rakit Rank 🏅 15 in Kahfi Rank 🏅 7...