21. Bersama Ayah

10 3 0
                                    

"Terimakasih, Ayah. Sudah mau menerimaku untuk menjadi bagian sesungguhnya dari hidupmu."
—Rakit—

***

Dua hari sudah perkemahan selesai dilaksanakan. Para siswa dan siswi, baik panitia maupun peserta diberikan waktu untuk istirahat. Dimulai dengan kepulangan mereka di hari Jum'at, lalu berlanjut sampai hari minggu.

Dan pagi ini, tepat di pukul 07.00 WIB minggu ini. Seorang remaja dengan hoodie dark grey miliknya, tengah membereskan beberapa pakaian ke dalam sebuah tas ransel yang cukup besar. Ya, Kahfi mengiyakan ajakan Hadi untuk tinggal bersama pria itu selama satu minggu. Hadi menawarkan pada Kahfi untuk tinggal satu minggu dengannya dan  satu minggu bersama Pak Hidayat.

"Fi," Pak Hidayat menepuk pundak cowok itu.

Kahfi menoleh. "Pak, kenapa?" tanya Kahfi.

"Nggak papa. Fi, kamu yakin mau coba tinggal sama Ayah kamu?" tanya Pak Hidayat hati-hati.

Kahfi tersenyum simpul. "Yakin, Pak. Ayah baik, kok! Ayah nggak seperti ibu! Jadi, Bapak tenang aja!" ujar Kahfi mencoba menenangkan.

Pak Hidayat tersenyum simpul sembari mengangguk. "Kamu jangan lupa telpon kalau udah di sana!"

"Siap! Kahfi janji, nggak bakalan absen ngabarin Bapak setiap hari! Lagian, Kahfi juga pasti kangen sama suaranya Azmi kalau lama-lama nggak telpon!" timpalnya. "Bapak nggak perlu khawatir, Kahfi kan udah besar."

"Kata siapa kamu udah besar? Masih remaja gini juga!"

Kahfi hanya tertawa singkat. "Intinya, Kahfi janji nggak bakalan lupa kabarin Pak Hidayat setiap hari!"

"Saya berharap kamu nggak membohongi anak sebaik dia, Hadi."

***

"Sudah siap?" tanya Hadi pada Kahfi yang sudah siap dengan ransel besarnya.

Kahfi mengangguk antusias. "Siap, Yah!"

"Bagus!" pujinya.

Hidayat menatap Hadi tajam. Entah kenapa, hatinya seolah berkata bahwa pria itu tidak jujur. "Fi, kamu hati-hati ya, di sana!"

Kahfi tersenyum tulus. "Iya, Pak. Pokoknya Bapak tenang aja! Kahfi kan tinggalnya sama Ayah, bukan sama orang lain!"

Pak Hidayat menatap Hadi dengan tatapan intimidasinya. "Dia pergi dalam keadaan baik-baik saja. Jangan sampai dia pulang dengan keadaan sebaliknya. Paham, kamu?" tegasnya.

"Saya ayah kandungnya. Jadi, saya lebih tahu tentang bagaimana cara menjaga anak saya sendiri." tekan Hadi.

Kahfi bisa melihat tatapan dua orang itu bersitegang. "Udah-udah! Ayok, Yah!"

Hadi merangkul Kahfi dengan penuh perhatian. Sebuah sikap yang membuat Pak Hidayat jengah. Kemana pria ini saat dulu Kahfi masih bayi dan ditinggalkan oleh Tiara?

"Pak, Kahfi pamit, ya. Salam buat Bu Salma dan Azmi ya, Pak?"

"Pasti. Awas aja kalau kamu nggak kabarin, Bapak! " ancam Pak Hidayat.

RAKITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang