Part 19

3.2K 194 22
                                    

Abaikan typo

Seorang anak yang terdiam menatap keluar jendela dengan tatapan kosong. Dia memaksakan masuk ke sekolah dengan alasan tak ingin berlama-lama berada di rumah. Siapa juga yang ingin berlama-lama di rumah seperti neraka itu?

Ada yang bertingkah seolah tak membutuhkan peranan seorang ayah,padahal dalam hatinya terbesit jelas pertanyaan,'Bagaimana rasanya berbincang dengan ayah hanya untuk sekedar mengadu tentang keadaan hari ini?'

Dirasa puas menatap ke luar, Dikta kembali menelusupkan wajahnya di kedua lipatan tangannya. Dikta juga memakai hoodie dan tidak lupa juga ia memakai penutup kepalanya guna menutupi luka di bagian belakang kepalanya. Jika boleh jujur kepalanya masih merasakan sakit,akan tetapi ia berusaha menahannya.

Jika kalian menanyakan lukanya sudah di obati apa belum? Jawabannya sudah,bi Inah yang sudah mengobati lukanya,dan dia juga yang menemani Dikta semalaman.

"Dik,tumben lo udah dateng," tanya Aidan baru saja sampai di kelas.

"Hmm," hanya itu jawaban Dikta.

Tanpa menaruh curiga,Aidan langsung menduduki kursi miliknya tepat di sebelah Dikta.

Tak lama dari itu Rey menampakkan batang hidungnya,dengan Naufal di belakang.

"Yaudah,aku ke kelas dulu hmm," pamit Naufal pada kekasihnya. Rey hanya mengguk. Ia juga tak lupa mengusak pucuk kepala Rey sambil tersenyum kecil.

Setelah sepergia kekasihnya Rey menduduki kursi miliknya.

"Dia kenapa?" tanya Rey bingung saat melihat Dikta yang menelusupkan wajahnya di lipatan kedua tangannya.

"Gue juga ga tau," jawab Aidan.

☆☆☆

Sekarang sudah jam istirahat ,akan tetapi Dikta belum juga merubah posisinya. 

"Lo kenapa?" tanya Aidan pada akhirnya. Akan tetapi hanya gelengan yang Dikta berikan.

"Dik..."

Mendengar itu Dikta melihat pada Aidan, "Gue ga papa Ai serius, gue cuman pusing aja." jawabnya.

Sedangkan Aidan hanya mengangguk mengerti.

"Mau nutip sesuatu ga?"

"Ngga, udah sana pacar lo dah nunggu noh"

Aidan yang mendengar itu ia heran,pacar? Siapa yang di maksud pacar oleh temannya ini. Karna penasaran ia menoleh.

Aidan menghela napas pelan, ternyata yang di maksud pacar oleh Dikta itu Sastra kaka kelasnya.

Karna terlalu lama menunggu Aidan yang tak kunjung keluar ia mendekat pada Aidan.

"Ke kantin," ajaknya.

"Lo ngapain kesini ajg."  jawabnya ketus,berbeda dengan isi hatinya.

"Mulutnya, gue cium juga lo."

"Bacot ." setelah mengatakan itu Aidan pergi begitu saja tanpa berpamitan,di susul dengan Sastra mengikutinya dari belakang.

Setelah kepergian dua kunyuk itu, Rey mendekat pada Dikta yang masih setia duduk di kursi miliknya.

"Mau gue beliin obat?" tanya Rey dengan tangannya yang memegang wajah Dikta pelan.

Panas, itu yang Rey rasakan saat tangannya bersentuhan dengan wajah Dikta.

Backstreet With KetosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang