• Chapter 3 •

2K 141 0
                                    

• Chapter 3: Dance Party and Champagne •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chapter 3: Dance Party and Champagne

*****

Lareina memandangi cermin di depannya dengan seksama, sejak kemarin malam ia tak henti-hentinya memikirkan alasan terbentuknya garis yang melintang di leher mulusnya. Di kehidupan sebelumnya, ia tidak pernah memiliki garis itu. Lareina berasumsi jika garis itu adalah pertanda bahwa ia pernah dipenggal di kehidupan sebelumnya. Ataukah sebuah peringatan? Lareina tidak tahu pasti apa sebabnya.

"Mohon maaf, My Lady. Tuan Marquess sudah menunggu anda."

Suara seorang pelayan wanita mengagetkannya dari lamunan, Lareina kembali merapikan tatanan rambutnya dan mengenakan sebuah kalung untuk menutupi garis yang melintang di lehernya sebelum ia keluar dari kamarnya. Saat ini, Lareina berada di kediaman Duke yang ada di ibukota untuk menghadiri pesta dansa yang dibahas keluarganya tempo hari. Lareina juga berharap ia bisa bertemu dengan Grand Duke Trophia di pesta dansa kali ini.

Begitu sampai di ruang bawah, ia disambut dengan Marquess Berwyn yang malam itu mengenakan setelan hitam. Lareina juga mengenakan gaun kombinasi warna hitam dan merah, layaknya warna lambang keluarganya.

Pria itu terlihat gagah, seperti biasa. Dengan surai hitam yang tertata rapi dan wajah yang tampan paripurna, Lareina yakin para wanita bangsawan akan melirik pria itu di sepanjang pesta.

Para pria bangsawan kekaisaran pada umumnya menikah di usia 20 tahun, Marquess Berwyn yang sudah menginjak usia 29 tahun tentunya membuat heran para bangsawan kelas atas tentang mengapa pria itu terus menunda pernikahannya. Padahal tak sedikit wanita bangsawan yang tertarik pada pria itu, namun karena bertahun-tahun berada di medan perang membuat Marquess Berwyn berpikir dua kali untuk melangsungkan pernikahan. Selain itu, karena tak lagi memiliki orang tua, tak ada orang yang berani mendesak Marquess Berwyn untuk segera menikah.

Marquess Berwyn mengecup punggung tangan Lareina yang tertutup oleh sarung tangan dengan lembut kala ia mendekat. "Selamat malam, My Lady. Kita berangkat sekarang?"

"Ya, mari tuan."

Keduanya berjalan beriringan menuju kereta kuda, Marquess Berwyn juga membantunya untuk menaiki kereta itu, mengingat Lareina mengenakan gaun yang cukup berat.

"Terima kasih, tuan Marquess." Lareina mengucapkan terimakasih saat keduanya telah duduk dengan nyaman di kereta kuda. Pria yang 9 tahun lebih tua darinya itu tersenyum sebelum merespon.

"Tentu, My Lady. Saya juga ingin berterimakasih karena My Lady bersedia berpasangan dengan saya di pesta dansa kali ini, saya harap hubungan kita bisa lebih dekat lagi."

Gadis di depannya tersenyum kaku, bingung harus berkata apa. Pada akhirnya, ia hanya melebarkan senyuman sebagai balasan. Mereka tak berbincang lagi hingga keduanya sampai di istana.

Mission to Change Destiny [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang