• Chapter 7: Rescue Mission of Two Lousy Young Men •
*****
Bulan sabit sudah menghilang tertutup awan, pertanda jika malam sudah cukup larut. Suara burung hantu mengisi keheningan hutan serta keadaan sekeliling yang gelap gulita cukup membuat bulu kuduk Lareina berdiri.
Perutnya memang kenyang, akan tetapi ia tak kunjung terlelap meskipun ia sangat mengantuk. Ingin sekali Lareina menyalakan api untuk menerangi sekeliling, namun ia takut itu malah mengundang hewan-hewan untuk mendekatinya. Karena itulah, Lareina mengahalau rasa takutnya akan kegelapan demi bisa terlelap barang sekejap.
Wanita yang berpenampilan kacau itu menarik sudut bibirnya ke atas kala mengingat pertemuannya dengan Grand Duke Trophia petang tadi. Ia menyentuh daun telinganya yang terluka, Lareina bahkan tak menyadari jika pipinya itu memerah dalam kegelapan.
"Ada apa denganku?" gumam wanita berjubah hitam itu. Ia kemudian menutup mata dengan tangan kanannya, mencoba untuk terlelap.
Namun, wajah tampan pria itu semakin terbayang-bayang di benaknya kala ia menutup mata. "Kau seharusnya kesal kepadanya karena dia telah melukaimu, Rein! Mengapa kau malah..." Lareina tersentak setelah ia mengucapkan itu. "Tunggu."
"Saat pertama kali aku menyadari kalau aku menyukai Jane adalah karena aku tidak bisa berhenti untuk memikirkannya. Aku rela berkorban untuknya, aku bahkan tidak peduli jika Ibu dan Ayah menentang hubungan kami. Aku selalu ingin melihatnya, terutama senyumannya. Aku tidak bisa mengalihkan pandanganku darinya. Kau tahu? Bahkan diantara banyak orang, aku bisa dengan cepat menemukan keberadaannya. Momen kebersamaanku dengannya selalu terpatri di otakku, aku selalu ingin melihatnya bahagia dan aku ingin menutupi kekurangan yang ada pada dirinya."
Lareina tiba-tiba mengingat penuturan kakak laki-lakinya beberapa waktu lalu, ia menjelaskan tentang saat dimana ia menyadari jika pria itu menyukai wanita yang telah menjadi istrinya sekarang.
"Apa?! Aku menyukai pria itu? Pria bajingan itu? Yang benar saja!"
Lareina menghela nafas, ia baru menyadari hal itu. Di kehidupan sebelumnya, pria itulah yang menjadi penghiburan baginya. Obrolannya dengan Grand Duke Trophia seolah tak ada habisnya, dirinya pun heran bagaimana bisa ia tahan mengobrol berjam-jam dengan seseorang. Hanya Grand Duke-lah orang yang bisa membuatnya tertawa di istana, hanya dia juga yang bisa mengisi kekosongan hidupnya di istana, hanya dia juga yang menemuinya sebelum Lareina menjemput ajalnya. Karena itulah, mungkin tanpa sadar Lareina memiliki ketertarikan kepada pria bermata keemasan tersebut.
Netra biru itu berkaca-kaca memandang gelapnya langit malam tanpa bintang-bintang, ia kemudian menarik nafas panjang. "Biar bagaimanapun, ini tidak boleh, Rein..."
"Kau tidak boleh menyukai pria itu..."
"Dia bukanlah orang yang bisa kau harapkan,"
"Tolong berhenti memikirkan pria itu..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mission to Change Destiny [On Going]
FantasyLareina Alexandria de Fortia merupakan putri Duke Alexandria yang diangkat menjadi selir kaisar saat ia genap berusia 20 tahun. Namun sayang, 12 tahun kemudian, Lareina difitnah meracuni minuman milik kaisar, suaminya sendiri. Padahal itu adalah jeb...