• Chapter 22 •

1.2K 137 2
                                    

• Chapter 22: Parents in law & The Husband's Little Attention

• Chapter 22: Parents in law & The Husband's Little Attention •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*****

"Jadi... Kapan kalian menemui Ibu dan Ayah?"

Lareina kontan tersedak kue kering yang sedang dimakannya. Apa maksud dari perkataan adik iparnya itu?!

Sementara Lareina sibuk terbatuk-batuk akibat tersedak, Grand Duke menyodorkan secangkir teh kepada istrinya itu sebelum menjawab pertanyaan sang adik. "Secepatnya, mungkin. Itu juga kalau Lareina mau."

"Aku tidak mengerti apa yang kalian maksud. Bukankah abu kremasi Grand Duke dan Grand Duchess sebelumnya dilarutkan di pantai Gatheric. Menemui yang kalian maksud itu pergi ke pantai Gatheric atau bagaimana?"

Pertanyaan yang dilontarkan Lareina itu membuat Catherine, Richard dan Grand Duke menyemburkan tawa mereka. Lareina yang tak tahu menahu tentang apapun itu bertanya-tanya mengapa ketiganya tertawa padahal ia bertanya dengan serius.

"Apa yang lucu? Mengapa kalian menertawakanku?"

Catherine mendorong lengan Sang Grand Duke. "Tolong jelaskan, kak."

"Ayah dan Ibu kami masih hidup, Sayang. Hanya saja, mereka memalsukan kematian mereka karena ingin hidup berduaan tanpa gangguan dan mereka juga sudah lelah berurusan dengan keluarga kekaisaran. Mereka melepaskan semua tanggung jawab itu kepadaku lalu tinggal bebas dengan berpindah-pindah tempat tinggal seperti manusia purba." jelas pria itu.

"Mereka bahkan belum pernah bertemu cucu mereka dan tak memedulikan putra bungsu mereka yang masih di bawah umur pada saat itu. Egois memang, tapi mau bagaimana lagi, keputusan mereka tak bisa diganggu gugat."

"Aku tak pernah bertatap muka dengan mereka lagi selama bertahun-tahun."

"Dan di masa lalu aku pernah berjanji di hadapan kedua bocah ini kalau aku akan menemui mereka jika aku sudah menemukan belahan jiwaku." lanjutnya.

"Belahan jiwa? pftt-" Lareina tertawa geli mendengar penuturan suaminya itu.

Merasa tiga orang bersaudara itu terdiam tanpa ada niatan untuk ikut tertawa, Lareina kontan menghentikan tawanya dan memasang wajah datar lagi.

"Maaf, tapi penyebutan 'belahan jiwa' itu terlalu menggelikan di telingaku." tuturnya sembari menggaruk tengkuknya yang tertutupi oleh pakaian. Ekspresi wajahnya terlihat antusias sebelum ia mengatakan hal lain. "Omong-omong tentang ibu kalian, saat pertama kali aku bertemu dengannya aku benar-benar terpesona."

Mission to Change Destiny [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang