• Chapter 9 •

1.5K 113 0
                                    

• Chapter 9: The Reasons and Plans of The Two Lovebirds •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chapter 9: The Reasons and Plans of The Two Lovebirds

*****

"Kuharap itu menjawab pertanyaanmu tadi, My Lady."

Usai berkata demikian, betapa terkejutnya Lareina saat Grand Duke Trophia mengangkat tubuhnya dan menggendongnya bak pengantin baru. Wanitanya itu sampai tak mampu mengangkat wajahnya karena malu dengan apa yang sang Grand Duke lakukan padanya.

"Baginda. Acara ini telah usai, bukan? Saya izin pulang duluan karena saya ingin menyelesaikan urusan genting yang harus disegerakan."

Tanpa menunggu jawaban, pria itu berbalik sambil membawa beban berat di tangannya. Pria yang akrab disapa Sky oleh orang-orang terdekatnya itu tersenyum geli melihat tingkah wanita yang menyembunyikan diri di pelukannya.

"Kau tidak terlalu cocok bertingkah imut, My Lady."

Grand Duke Trophia merasakan pukulan keras di dadanya sesaat setelah ia mengatakan itu.

"Aku tidak bertingkah imut!"

"Oh! Kau berniat untuk tidak berbicara formal lagi?"

Lareina enggan untuk menjawab. Sementara itu, langkah lebar sang pria membawanya menuju kereta kuda dengan lambang keluarga Trophia. Grand Duke menurunkan Lareina dan membawa wanita itu untuk masuk ke dalam kereta kudanya.

Begitu menduduki kursi kereta kuda, Lareina menggunakan surai hitam legamnya untuk menutupi wajahnya. Ia ingin menutupinya karena tidak ingin menunjukan wajahnya yang semerah tomat busuk kepada Grand Duke Trophia.

Saat ini, wanita muda itu sama sekali tidak bisa berpikir jernih. Kepalanya sibuk menerka bagaimana reaksi keluarganya dan para bangsawan kelas atas yang menyaksikan adegan menggelikan yang dilakukan olehnya dan pria di hadapannya tadi.

"Mengapa kau menutupi wajahmu itu?"

"..."

Karena tak mendapat jawaban, pria itu berlutut di hadapan Lareina yang duduk di kursi kereta kuda. Grand Duke menarik tangan Lareina yang ia gunakan untuk menahan rambutnya sebelum kemudian menyingkirkan rambut wanita itu yang menutupi wajahnya.

"Mengapa anda melakukan itu?"

"Aku hanya ingin melihat wajahmu."

"Bukan itu. Mengapa anda mengecup dahi saya?"

Pria yang masih berlutut di hadapannya itu terkekeh, "Kau tidak menyukainya?"

"Bukan begitu. Saya hanya kaget. Anda sepertinya bukan tipe orang yang mau memamerkan kemesraan di hadapan banyak orang. Terlebih lagi, bersama dengan saya." Lareina menjawab sambil menunduk, ia tak berani menatap mata cerah pria itu yang selalu terlihat 'hidup'.

Mission to Change Destiny [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang