• Chapter 20 •

1.2K 111 3
                                    

[WARNING‼️ Sebagian chapter ini tidak diperuntukan untuk pembaca di bawah umur]

• Chapter 20: The Cold War and The Beginning of the Destruction of Lareina's Plan •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chapter 20: The Cold War and The Beginning of the Destruction of Lareina's Plan

*****

"Maaf karena sudah membuat kehebohan."

Permintaan maaf itu Lareina ucapkan kepada para pelayan yang memandanginya dengan wajah khawatir. Catherine yang juga berada disana tak dapat menahan diri untuk bertanya kemana Lareina pergi. "Kemana kau pergi seharian ini?"

"Toko pakaian dan kuil." jawab Lareina dengan nada datar sebelum kemudian berlalu dari sana.

Catherine yang melihat sikap dingin Lareina pun seketika melirik kakaknya, meminta penjelasan. Grand Duke hanya menghela nafas dan mengangkat bahu sebagai respon.

Mengikuti langkah istrinya, Sang Grand Duke menaiki tangga menuju ke lantai dua. Ketika melihat istrinya memasuki ruangan yang selalu ia gunakan untuk mandi, Grand Duke ikut masuk ke dalam ruangan tersebut.

"Lareine, tolong dengarkan penjelasanku."

Lareina melirik suaminya itu dengan malas. "Saya ingin membersihkan diri. Tolong keluar, Yang Mulia."

"Aku akan keluar setelah kau mendengar semua penjelasanku."

Wanita bersurai hitam itu menghela nafas karena sikap bebal suaminya itu. Mencoba tak memedulikan eksistensinya, Lareina membuka jubahnya lalu mulai membuka kancing kemejanya satu-persatu. "Memangnya apa yang mau anda perjelas?"

Grand Duke berjalan mendekat ke tempat istrinya berdiri, sedangkan wanitanya itu merasa was-was karena ia sudah terlanjur membuka empat kancing kemejanya. Lareina pun berjalan mundur hingga punggungnya membentur dinding agar tubuhnya tak terlalu dekat dengan sang suami.

"Aku tidak merekayasa peristiwa penembakan itu. Aku memang benar-benar tertembak, namun untungnya pelurunya itu sedikit meleset dan tak mengenai jantungku. Aku masih diberi kesempatan untuk hidup karena peluru itu bukan peluru perak dan karena bulan purnama yang bersinar dengan terangnya kemarin malam, luka tembak itu bisa pulih dengan cepat. " jelas Grand Duke Trophia pada sang wanita yang berdiri di hadapannya dengan tangan terlipat di dada.

"Aku tahu kau membuntuti kami."

Deg. Jantung Lareina seketika berpacu lebih cepat tatkala Grand Duke mengatakan itu, ia pun mencoba untuk mengontrol ekspresi wajahnya. Habislah aku!

Mission to Change Destiny [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang