• Chapter 17: My Family, My Home •
*****
Lima hari berlalu, seluruh obat-obatan telah selesai dibuat dan siap dikirimkan ke wilayah Fortia. Selain obat-obatan, persediaan makanan dan buah-buahan juga akan dikirimkan.
Selama lima hari itu, Grand Duke Trophia sama sekali tak terlihat batang hidungnya. Lareina memperkirakan bahwa kali ini pria itu pergi ke tempat yang cukup jauh atau bisa jadi urusan pria itu memakan waktu yang lebih lama dari biasanya.
Sejujurnya, Lareina cukup resah karena suaminya itu tak memberitahunya tentang tempat yang akan ia tuju dan berapa lama ia akan pergi. Meski demikian, ia mencoba untuk tidak lagi memikirkannya dan fokus pada kesibukannya mengurus segala hal agar wabah tak semakin menyebar.
Wanita yang berstatus sebagai Grand Duchess itu berinisiatif untuk ikut memandu kereta kuda yang akan mengantarkan obat-obatan ke Duchy Alexandria. Ia sudah siap memandu kereta pengangkut obat-obatan itu dengan menaiki seekor kuda hitam yang mirip dengan Elon. (Elon itu kuda milik Lareina, dia muncul di chapter awal)
Perjalanan panjang itu dimulai setelah lima kereta pengangkut barang itu terisi penuh oleh barang-barang yang dibutuhkan oleh para warga yang terinfeksi wabah. Doa-doa yang mereka panjatkan sebelum berangkat ke tujuan membuat perjalanan itu berjalan lancar tanpa suatu kendala.
Begitu kudanya itu mendekati kastil megah yang menjadi tempat tinggalnya sejak ia dilahirkan dan menjadi saksi bisu bagaimana ia tumbuh dan berkembang selama hidupnya, Lareina memacu kudanya agar berjalan lebih cepat.
Wanita bersurai hitam legam itu turun dari kudanya saat gerbang masuk kastil tepat berada di depannya. Kuda hitamnya itu ia serahkan kepada seorang pengawal untuk dibawa ke istal.
Lareina mengusap matanya yang berair sebelum kemudian berjalan menuju pintu gerbang yang terbuka. Netra birunya bertemu dengan netra biru sang ibu yang membelalak.
Wanita yang telah melahirkannya ke dunia tersebut sedang berdiri di dekat pohon cendana yang tumbuh di samping pagar besar yang mengelilingi kastil. Tatkala Josephine melihat keberadaan putri bungsunya, ia membuka kedua tangannya.
Maka berlarilah Lareina menuju ke tempat Ibunya berada, lalu direngkuhnya tubuh rapuh wanita bergaun kelabu itu. Josephine mengusap punggung putri bungsunya yang ternyata benar-benar nyata ada dipelukannya, bukanlah halusinasi semata.
"Ibu kira, Ibu sedang berhalusinasi melihatmu ada disini."
Mendengar suara sang ibu yang bergetar disertai isakan yang terdengar setelahnya, Lareina merasakan air matanya ikut mengalir dengan deras. "Tolong jangan menangis, Ibu. Aku ada disini, dipelukanmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mission to Change Destiny [On Going]
FantasyLareina Alexandria de Fortia merupakan putri Duke Alexandria yang diangkat menjadi selir kaisar saat ia genap berusia 20 tahun. Namun sayang, 12 tahun kemudian, Lareina difitnah meracuni minuman milik kaisar, suaminya sendiri. Padahal itu adalah jeb...