• Chapter 19: He was Worried Because his Woman had Disappeared •
*****
Jika bisa, Lareina sungguh ingin kembali ke Duchy Alexandria. Tapi ia jelas tak bisa lari dari semuanya begitu saja. Segala hal harus ia hadapi, apapun yang akan terjadi nanti, hadapi saja dulu, itulah yang selalu dikatakan sang ibu.
Namun, Lareina tak bisa kembali memejamkan matanya dini hari tadi karena otaknya sibuk memikirkan bagaimana caranya berhadapan dengan Grand Duke dan kedua adiknya setelah ia mengetahui jati diri mereka yang sebenarnya. Ia ragu dirinya bisa bersikap seperti biasa setelah tahu bahwa kemarin mereka bersekongkol untuk menipunya. Lareina tahu bahwa peristiwa penembakan itu tidak pernah terjadi, mereka sedang merencanakan sesuatu, tetapi entah apa itu.
Karena itulah, di pagi buta ini, Lareina kembali mengganti pakaiannya dan mengenakan jubah hitam andalannya sebelum kemudian keluar dari kediaman dengan melewati jalan tersembunyi.
Lareina mengedarkan pandangannya, ia berdecak melihat para pengawal yang berjaga di setiap penjuru. Ia yang menyuruh para kesatria itu untuk memperketat penjagaan, tetapi Lareina juga yang kesusahan karenanya.
Tatkala ia melihat seorang kesatria yang berdiri dengan terkantuk-kantuk saat berjaga di sudut pagar, Lareina berjalan mengendap-endap untuk mendekatinya. Sebelum pria itu menyadari kehadirannya, Lareina kontan memukul rahang pria itu hingga ia pingsan di rerumputan.
"Maaf."
Setelah membisikan kata maaf yang teramat pelan itu, dengan segera, Lareina memanjat pagar yang cukup tinggi itu sebelum ada penjaga lain yang menyadari bahwa salah satu rekan mereka telah dilumpuhkan.
Dengan santai, Lareina berjalan sembari menurunkan jubahnya agar menutupi sebagian wajahnya. Ia berencana untuk berjalan-jalan ke pertokoan yang ada di ibukota.
Mendengar perutnya berbunyi meminta diisi, Lareina berjalan menuju sebuah restoran yang sudah siap melayani pelanggan di pagi buta.
Wanita berjubah itu membuka pintu restoran tersebut, seorang pelayan menyambutnya dan memintanya duduk di salah satu kursi yang tersedia disana.
Begitu bokongnya mendarat di salah satu kursi yang ada di sudut ruangan, Lareina mengedarkan pandangannya dan melihat bahwa hanya ada dua orang pelanggan selain dirinya yang ada di restoran tersebut. Padahal, biasanya restoran yang ia datangi ini sangat ramai oleh pembeli. Namun, karena saat ini matahari bahkan belum sepenuhnya menampakan eksistensinya, jumlah pelanggan yang datang tidaklah banyak.
Lareina memindai buku menu untuk memilih hidangan yang sekiranya ingin ia makan pagi itu. Pilihannya jatuh kepada bubur wortel yang dihidangkan bersama sup ayam dan susu kedelai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mission to Change Destiny [On Going]
FantasyLareina Alexandria de Fortia merupakan putri Duke Alexandria yang diangkat menjadi selir kaisar saat ia genap berusia 20 tahun. Namun sayang, 12 tahun kemudian, Lareina difitnah meracuni minuman milik kaisar, suaminya sendiri. Padahal itu adalah jeb...