• Chapter 1 •

2.3K 158 0
                                    

• Chapter 1: Warm Hugs and Apples •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Chapter 1: Warm Hugs and Apples

*****

"My Lady, ayo bangun! Mengapa anda malah tidur di siang bolong? Jika Nyonya Duchess tahu, anda bisa diceramahi seharian!"

Lareina segera bangun dari tidurnya begitu mendengar suara Hazel, pelayan pribadinya yang berusaha untuk membangunkan Lareina dari alam bawah sadarnya. Ia segera memegang wajah Hazel dengan kedua tangan sebelum berteriak memanggil nama pelayannya itu.

"HAZEEEL!! Ini benar-benar kamu, kan?!"

Wanita belia itu dibuat terheran-heran oleh kelakuan majikannya, 'mengapa My Lady aneh sekali?' Hazel membatin.

"My Lady, anda kenapa? Tentu saja ini saya, Hazel."

Lareina mengangguk, ia senang bisa melihat wajah lugu pelayan pribadinya lagi karena seingatnya Hazel meninggal di usianya yang masih sangat muda akibat penyakit menular. Memandangi sekeliling kamar, mata biru Lareina berkaca-kaca. Ia tak percaya bahwa saat ini ia sedang berada di kamar pribadinya saat ia masih tinggal di Duchy Alexandria. Apakah aku kembali ke masa lalu?

"Hazel, pukul aku! Cepat, pukul aku!"

"Mana mungkin saya berani memukul My Lady. Lagipula anda ini kenapa? Mengapa anda ingin dipukul? Jangan-jangan anda kerasukan?!"

Lareina tak menghiraukan asumsi-asumsi yang dilontarkan Hazel, ia fokus mencubit tangannya sampai kulit putihnya berubah memerah. Ia merasa sakit, tapi masih tak percaya dengan apa yang terjadi padanya.

Apakah Tuhan memberikan kesempatan kepadaku untuk hidup bahagia dengan membawaku kembali ke masa lalu?

"Hazel, tinggalkan aku sendiri." titah Lareina kepada pelayan pribadinya itu, Hazel mengangguk sambil melenggang keluar dari kamar tidur Lareina.

Sesaat setelah Hazel menutup pintu, Lareina berjalan menuju cermin. Ia merapikan rambut hitamnya yang agak berantakan sebelum mengusap wajahnya dengan hati-hati. Mata birunya bersinar dengan cantik, pipinya juga tidak setirus pada saat ia memasuki usia kepala tiga. Lareina mengangkat kedua tangannya yang penuh energi, begitu halus serta tanpa bekas luka.

"Aku benar-benar kembali ke masa lalu ... Aku senang, tetapi bagaimana jika aku sama sekali tidak bisa merubah apapun yang telah digariskan?"

Lareina bergumam, ia takut menghadapi hari esok. Selain itu, Lareina juga perlu mengetahui tanggal berapa sekarang ini?

Tapi sebelum itu, Lareina ingin melihat wajah-wajah anggota keluarganya yang sangat ia rindukan meskipun mereka menyebalkan. Saat ia diangkat menjadi selir dan tinggal di istana, sangat sulit untuk mendapatkan izin keluar istana guna menemui keluarganya. Karena itulah, Lareina keluar dari kamarnya dan berjalan menuju kamar tidur orangtuanya. Ia mengetuk pintu dan mendengar suara ibunya menyahut.

Mission to Change Destiny [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang