• Chapter 18 •

1K 104 9
                                    

Chapter ini kebanyakan narasi. Jadi, tolong di simak baik-baik, semoga gak bosen bacanya ya (⁠ ⁠´⁠◡⁠‿⁠ゝ⁠◡⁠')

 Jadi, tolong di simak baik-baik, semoga gak bosen bacanya ya (⁠ ⁠´⁠◡⁠‿⁠ゝ⁠◡⁠')

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chapter 18: Skylar, Catherine, Richard, and Their Secret 

*****

Lareina segera kembali ke ibukota saat itu juga.

Tangisan Catherine dan suara Richard yang menenangkannya adalah hal yang menyambut Lareina kala ia masuk ke kamar tempat Grand Duke terbaring tak berdaya dengan perban yang membalut sebagian perut dan dadanya.

Mungkin dari kalian ada yang bertanya-tanya tentang siapakah Richard itu?

Pria yang sangat mirip dengan Grand Duke versi remaja itu adalah adik bungsu Grand Duke dan Catherine yang kabur selama bertahun-tahun setelah kematian kedua orangtua mereka. Lareina jelas kaget melihat kemunculan remaja laki-laki itu di kediaman ini.

Mendengar derap langkah kaki Lareina, kedua orang bersurai pirang keemasan itu seketika mengalihkan atensinya.

"Lareina!"

Catherine memanggil namanya, ia kemudian beranjak dari duduknya. Wanita itu berjalan mendekati Lareina yang masih berdiri di dekat pintu kamar sebelum kemudian menariknya ke dalam pelukan.

Mendengar suara isakan Catherine, tangan Lareina bergerak mengusap punggung sahabat sekaligus adik iparnya itu sembari  mencoba membisikan kata-kata yang mungkin bisa sedikit menenangkan hati Catherine.

"Dia akan baik-baik saja, kau juga tahu bahwa Yang Mulia bukanlah orang yang lemah. Satu peluru kecil itu tidak akan membuatnya menyerah, percayalah bahwa dia akan sadar secepatnya karena ada Richard yang perlu ia ceramahi selama berjam-jam." Lareina tersenyum kecil usai ia menyelesaikan kata-katanya. Jemari lentiknya bergerak mengusap air mata Catherine yang menuruni pipinya.

"Kau benar, kakak pasti akan baik-baik saja. Kita harus yakin akan hal itu." ucap Catherine, ia mencoba menghibur dirinya sendiri. Ditinggalkan oleh orang terdekatnya menjadikan momok mengerikan dalam hidupnya yang sejujurnya tak ingin ia alami lagi untuk yang kesekian kalinya, meskipun hal itu jelas tak bisa ia hindari.

Lareina dan Catherine kemudian mendekat ke tempat tidur. Lareina mendudukan diri di kursi dekat ranjang, sementara Catherine duduk di ranjang. Tangan mungilnya terulur untuk menggenggam jemari kakaknya itu, lalu ia mulai mengusap lembut tangan besar tersebut. Namun rupanya, memandangi wajah tak berdaya kakaknya itu sukses membuat Catherine kembali mengeluarkan air mata.

Mission to Change Destiny [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang