• Chapter 4 •

1.9K 143 1
                                    

• Chapter 4: Nagging and Tea Party •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chapter 4: Nagging and Tea Party

*****

"Lareina, duduk. Ibu ingin bicara."

Josephine memerintah putrinya yang baru saja masuk ke dalam kediaman setelah menjelajahi ibukota bersama seorang pelayan. Gadis berusia 20 tahun itu menunjukkan wajah masam, namun tetap menuruti titah sang ibu. Ia mendudukan diri di hadapan Josephine yang sedang memijat keningnya.

"Ibu sudah berusaha menahan diri untuk tidak mengomentari kelakuanmu tadi malam, tapi rasanya tak tahan."

Lareina menaikan alisnya. "Untuk apa menahan diri? Bukankah mengomentari semua hal yang aku lakukan adalah hobi ibu?"

"Anak kurang ajar! Tidak bisakah satu hari saja kau tidak berulah?!" Josephine naik pitam, ia sulit untuk mempercayai bahwa gadis pembangkang di hadapannya adalah anak yang pernah ia kandung.

"Ibu sungguh pening, bukannya diliput di koran ibukota karena segudang prestasi, malah skandal yang kau buat yang tertera disana. Ibu malu, Lareina!"

"Bukannya aku mau, Ibu. Tapi sudah takdirnya seperti itu mau bagaimana?"

Sang Ibu mengacak rambut hitamnya frustasi, sudah tak tahan dengan kelakuan putrinya. "Rasanya semua yang keluar dari mulutmu itu tidak pernah benar. Ibu juga ingin bertanya, Lareina. Tetapi kau harus menjawab dengan jujur."

"Bertanya apa?"

"Mengapa kau merayu Grand Duke Trophia sementara kau menganggurkan Marquess Berwyn kemarin malam?"

Lareina menggelengkan kepala, ia tak percaya dengan pertanyaan yang ibunya ajukan itu. "Mana ada seperti itu, Ibu. Setelah selesai berdansa dengan Marquess Berwyn, aku haus dan berniat mengambil segelas sampanye. Sementara aku meminum minuman itu, Grand Duke mendatangi aku dan mengajakku untuk berdansa. Sudah. Hanya seperti itu, Bu. Tidak ada acara merayu atau apapun."

Josephine memicingkan matanya, ia kesulitan untuk mempercayai putrinya yang pembangkang itu. "Benarkah demikian? Kalau begitu, kenapa kau tidak menolak ajakan Grand Duke untuk berdansa?"

"Mana mungkin aku menolak, Ibu. Aku tidak ingin menanggung resiko. Kesalahan sepele seperti itu bisa saja membuatku dipandang sebagai wanita kurang ajar, Ibu juga tahu itu dan tentunya aku tidak mau."

"Tetapi citramu juga jatuh karena kau berdansa dengan pria lain, sementara Marquess Berwyn kau biarkan sendirian."

"Tidak masalah, seiring dengan berjalannya waktu, orang-orang akan lupa. Aku yakin tidak akan terjadi apapun." Lareina berusaha menenangkan sang Ibu yang emosinya mudah meledak-ledak.

"Huft, bisakah Ibu mempercayai perkataanmu itu? Ibu mendengar perkataan seseorang, ia bersaksi bahwa kau terlihat bahagia saat berdansa dengan Grand Duke. Kau bahkan berpura-pura terjatuh agar pria itu menangkapmu dan berbisik dengan manja di telinga Grand Duke." jelas Josephine sambil terus memijat keningnya.

Mission to Change Destiny [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang