22

91 57 14
                                    


🍀🍀🍀


"Selamat pagi dok..."

"Apa anda sibuk hari ini?"

"Aaa... Saya hanya ingin mengobrol sedikit dengan anda"

"Hanya membahas tentang pekerjaan kita"

"Baik dok, nanti saya akan ke sana"

"Baik, baik, selamat pagi dok"

Sambungan telepon terputus, Yap yang sebentar ini menelepon adalah Shaka, ia rencananya akan mengajak seseorang untuk bertemu. Entah apa yang akan mereka obrolkan nanti.

Saat ini ia berada di rumahnya akan menuju ke rumah sakit Medika tempatnya bekerja. Hari ini tidak ada jadwal praktek, Shaka memilih untuk datang tidak seperti biasanya, jam menunjukkan pukul 08:30 pagi.

Tak lupa juga ia singgah sebentar di Cafe miliknya untuk sekedar melihat lihat saja.

"Good morning kak.."

Siapa lagi yang menyapa kalau tidak Zaki. Anak itu sangat ramah dan cerewet. Maklumlah MBTI nya ENFP.

"Morning too, gimana aman nggak?" Tanya Shaka.

"Pasti aman lah kalo gue yang handle"

"Emang nggak kerja sekarang kak? Jam segini masih di sini"

"Gue nggak ada jadwal praktek, jadi bisa berangkatnya agak telat dikit"

Zaki mengangguk mendengarnya.

"Eh kak, kemaren ada orang ke sini mau lamaran pekerjaan, karna nggak ada kak Shaka yaudah gue suruh balek aja"

"Kenapa lo nggak bilang kemaren?"

"Hehe... lupa" Ucap Zaki menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Yaudah deh lo balik kerja aja sana, kalo ada yang datang lagi bilang gue ya, gue mau ke rumah sakit dulu" Pamit Shaka.

_______________

"Silahkan duduk dokter Shaka" Ucap Dani.

Shaka sekarang berada di rumah sakit Harapan sehat tepatnya di ruangan Dani. Orang yang di telpon Shaka tadi pagi adalah Dani.

"Bagaimana kabar anda dokter?" Tanya Shaka.

"Saya sangat baik dok, bagaimana dengan anda?"

"Ya seperti yang anda lihat, alhamdulillah baik"

"Saya ke sini ingin berbincang dengan anda dan juga meminta saran dari anda sebagai senior saya" Jelas Shaka.

"Hahaha.... anda bisa saja, ilmu saya masih sedikit, tidak jauh beda dari anda"

"Bagaimana pekerjaan anda?" Tanya Dani.

Tak terasa sudah 2 jam mereka mengobrol, membicarakan tentang rumah sakit, sesama dokter, hingga membahas tentang pasien.

"Saya sangat peduli dengan pasien saya, terutama dengan pasien yang, maaf kurang mampu, saya merasa kasihan pada mereka. Harus berjuang untuk sembuh dan mencari rezeki. Lebih baik mereka mati, dari pada menderita saat hidupnya, begitulah ucapan kasarnya" Ucap Dani.

Shaka mengerutkan alis mendengar ucapan Dani. Ia merasa bingung dengan kalimat terakhir yang di ucapkan pria di depannya. Tak ingin di curigai, Shaka menormalkan kembali ekspresinya.

UNFORGIVEN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang