🍀🍀🍀
Nayla pulang dengan keadaan sedih, ia tak menyangka mama yang selama ini sayang padanya berubah menjadi monster mengerikan.
Sesampainya di rumah Nayla kira ia akan mendapatkan pelukan seperti biasa saat pulang sekolah dari Aidan Mahesa Adikara-abang nayla-, namun malah cekikan yang ia dapatkan.
Aidan mendorong tubuh Nayla ke dinding hingga kepalanya terbentur dinding belakangnya.
"Lo udah bunuh papa gw, lo itu pembunuh" Ucap Aidan marah. Matanya memerah seperti iblis yang ingin melahap manusia.
"Akh sakit bang Ai, Nay nggak bunuh papa, Nay bukan pembunuh" Nayla berusaha melepaskan tangan Aidan.
Ia semakin kesusahan untuk bernafas. Namun Aidan yang marah semakin menguatkan cekikan itu.
"Bang Ai lepasin, nay nggak bisa nafas"
"Lo udah bikin gw kehilangan papa gw, gara-gara lo papa gw pergi untuk selamanya"
"Astaga non Nayla" Salah satu pembantu yang ada di rumah itu melihat Aidan yang mencekik Nayla itu pun langsung berlari berusaha melepaskan tangan itu.
"Den lepas den, bibi mohon lepasin den, non Nayla udah kesakitan, jangan begini den" Pinta Bi uti.
Setelah melepaskan cekikan itu , bukan nya pergi dari sana Aidan malah menarik rambut Nayla hingga kepalanya mendongak ke atas.
"Kenapa nggak lo aja yang mati? Kenapa harus papa ?" Tanya Aidan.
"Akh, maafin nay bang, nay bukan pembunuh" Lirih Nayla menahan sakit di puncak kepalanya.
"Gw nggak sudi punya adek kayak lo "
"Dan gw pastiin lo bakal tersiksa tinggal di sini" Ucap Aidan sebelum pergi.
Setiap malam nayla selalu saja menerima siksaan.
"Papa, nay takut sendiri pa, mama dan abang benci sama nay, nay sekarang sendiri"
"Ajak Nay pergi pa, Nay nggak mau di sini, mama sering pukul Nay, Nay takut pa" Racau Nayla setiap malam setelah disiksa Siska dan Aidan.
Ia terlalu kecil untuk merasakan hal seperti itu. Anak yang baru berusia 10 tahun sudah di paksa menerima kekerasan itu.
Setelah kejadian itu nayla selalu mendapatkan bentakan, cacian, pukulan, tamparan, dan banyak lagi hal lain.
Nayla tidak selalu diam saja diperlakukan seperti itu. Ia pernah beberapa kali melawan mama dan abangnya, namun malah menambahkan hukumannya.
Kini ia sudah berusia 17 tahun, selama itu lah ia mendapatkan perlakuan seperti itu. Tidak ada siapapun tempat untuk mengadu keluh kesahnya selain kepada bi Uti,pembantunya.
Bi Uti lah yang selalu mengobati luka- luka akibat mama dan abangnya. Ia yang selalu merawat Nayla. Bi uti memang tidak mempunyai anak, ia menganggap Nayla seperti anaknya sendiri. Suaminya juga bekerja di rumah Nayla sebagai supir pribadi Siska.
Walaupun Siska benci kepada Nayla, ia masih memberikan uang untuk sekolah. Siska tak ingin suaminya marah di sana karena ia tak menyekolahkan Nayla. Namun hanya untuk uang sekolah saja, tidak untuk uang jajan.
Sering kali nayla tidak jajan di sekolah nya karena tidak ada uang.
"Non, bibi boleh masuk nggak?" Tanya bi uti di balik pintu.
"Masuk aja bi, nggak dikunci kok" Balas Nayla dengan suara parau.
"Non belum makan dari siang, ini bibi bawain buat Non Nayla"
Bi uti meletakkan piring yang berisi nasi dan lauk pauk di atas nakas. Lalu beranjak untuk mengambil kotak P3K yang berada di ajak meja belajar Nayla.
"Sini biar bibi bersihin dulu lukanya sebelum makan"
Nayla hanya diam sambil memperhatikan bi Uti membersihkan luka akibat Aidan. Ia sangat lelah untuk berbicara.
Tadi sepulang sekolah aidan tampak kesal. Aidan sedang ada masalah dengan pacarnya, lalu melampiaskan emosi nya kepada Nayla.
Ya seperti itu lah biasanya awal mula nayla mendapatkan kekerasan. Masalahnya dengan orang lain, pelampiasannya selalu kepada nayla.
"Non nayla kalau udah capek boleh kok istirahat sebentar, jangan paksain ya. Kalau Non mau nangis jangan di tahan, lepasin aja" Ucap bi uti sembari membersihkan luka di tangan Nayla.
Mendengar ucapan itu, bulir bening jatuh dari mata Nayla. Ia ingin menangis saat ini. Ia ingin mencurahkan kegelisahan hatinya saat ini.
"Aku dah capek bi, boleh nggak aku menyerah" Ucap Nayla disela tangisannya.
"Non boleh istirahat tapi jangan menyerah. Non pernah bilang kalau Non mau mereka semua ngerasain seperti yang Non rasain sekarang kan. Tunjukkin sama mereka kalau Non itu kuat dan tunjukkin kalau non bukan perempuan lemah" Bi Uti mengelus punggung Nayla.
Benar kata bi Uti , ia akan menunjukkan pada dunia jika dia tidak lemah, dia anak yang kuat.
Selama ini dia diam bukan berarti ia takut untuk melawan. Ia hanya perlu menunggu waktu yang tepat untuk membalas semua ini.
Ia tidak boleh lemah, ia tak boleh menyerah, ia tidak boleh kehilangan nyawanya. Ia harus bisa beri tahu semua orang jika dia kuat.
Saat ini satu tujuan Nayla, yaitu keluar dari rumah ini dan memulai kehidupan yang bahagia dari awal.
Mungkin terdengar simple dan mudah untuk sebagian orang. Tapi tidak untuk nayla.
🍁🍁🍁
Jangan lupa pencet ⭐
Bye 👋
KAMU SEDANG MEMBACA
UNFORGIVEN [END]
Fantasy"Lo bisa liat gue kan, tolong bantu gue" "Hah? Gue ini dokter bukan detektif, nggak bisa gue" "Okey, jadi ceritanya itu kayak gini..... " Hanya kisah seorang perempuan yang mengungkap banyak misteri. Tentang dirinya dan orang yang tiba-tiba datang...