12

301 26 2
                                    

"Jadi kapan Hinata akan menyetujui proposal kita, huh? aku benar-benar jenuh dengan kantor sialan ini, Naruto!" Shikamaru menendang pelan meja kerja Naruto untuk mengungkapkan betapa seriusnya keluhannya.

"berhenti lah mengeluh Shika, kau pikir hanya kau yang jenuh. Aku pun!" Tenten masuk dengan nampan di tangannya, dua cangkir teh Ocha dan satu coklat panas untuknya sendiri.

"Ck, sial!" Shikamaru mendengus, laki-laki berkemeja hitam lusuh itu lalu memutar kursinya lambat. Berpose berpikir. " Aku rasa Hinata seperti ingin mempermainkan kita, dia dan Neji tampak senang ketika kita memohonkan hal yang sama dan berulang dalam waktu tiga hari ini"

"Kau baru menyadarinya? " Dengus Tenten sambil meletakkan nampan dimeja, meletakkan masing-masing teh pada Naruto dan Shikamaru sedangkan ia menarik coklat panasnya untuk ia bawa ke kursi sebelah Shikamaru. Posisi andalan mereka.

"Terima kasih Tenten, tapi tunggu—kemana perginya kopiku?" Naruto memprotes saat menyadari minuman yang disajikan bukan lah kopi kesukaannya.

"Apa anda melupakan petuah nyonya Tsunade dua hari yang lalu Naruto-sama? Anda harus berpuasa kopi sampai satu bulan mendatang."

"Tapi aku baik-baik saja sekarang, panggil kan OB dan mintalah mereka mengantar kopiku" Naruto memprotes.

"Tidak untuk satu bulan ini, Naruto-sama" Tenten menyahut tegas tanpa menghilangkan sikap sopannya.

"Ayolah Tenten"

Tenten menggeleng, menolak secara pasti sedangkan  Shikamaru kembali memutar kursi nya kearah Naruto. Menumpukan sikunya ke meja atasannya itu. "Setidaknya kau harus bertahan hidup sampai perusahaan telah keluar dari masa krisis. Naruto. Menjahui kopi adalah salah satu alternatifnya."

Naruto mendengus.  Tak lagi protes. Sejenak ruangan Naruto itu kembali sunyi, hanya isapan coklat panas Tenten yang terdengar menggiurkan.

"Tenten"

"Hm? " Tenten menoleh kearah Shikamaru, masih dengan coklat panas didepan bibirnya.

"Apa maksudmu mengatakan kalau aku baru menyadarinya, apa kau sudah menyadari lebih dahulu tingkah Hinata? "

Tenten menghela napas, ia lalu meletakkan gelas coklat panasnya dengan anggun di meja Naruto, "sejujurnya sejak awal Hinata menerima emailku dengan balasan yang terlalu cepat, aku sudah menyadarinya" Kata Tenten kalem. 

"Diperparah dengan tingkah menyebalkan Neji yang sangat arogan itu. Aku semakin bisa Memyimpulkannya sendiri." Tenten menatap dua atasan bergantian.

"Ada dua dugaan, pertama Hinata memang ingin mempermainkan kita dan menunjukkan posisinya yang sekarang unggul atau yang kedua karena mereka memang ingin mengulur waktu agar bisa dekat dengan Naruto-sama, yah.. Seperti melanjutkan cerita SMA yang belum berakhir"

" Apa Maksudmu cerita masa SMA belum berakhir, tapi tunggu— bukankah Hinata menyukai Sasuke sejak dulu? Lalu apa alasan yang masuk akal untuk mengulur waktu? "

Naruto diam, tapi ia ikut memikirkan jawabannya.

"Tapi apa kita pernah mendengarnya langsung dari Hinata? Tidakkan? " Tenten tersenyum. " Aku memang baru beberapa kali bertemu dengan Hinata selama bekerja untuk keluarga Namikaze, tapi aku tak bisa untuk tak menyadari tatapan kagum Hinata pada Naruto-sama. Sejak dulu. "

"Apa maksud—

Drrtt

Drrt

Getaran ponsel Naruto membuat pertanyaan yang sudah ada diujung lidah itu terhenti.

" Sakura-chan? " Naruto bergumam, bingung sekaligus tak menyangka. Bisa di bilang ini adalah kali pertama Sakura menghubunginya terlebih dahulu, biasanya perempuan itu akan menelpon Tenten jika ia di kantor dan akan menelpon Hanare jika ia dirumah.

competition -NarusakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang