Sudah sebulan lebih Sakura pulang dari rumah sakit dan bebas dari anjuran bedrest total yang menyiksa itu. Terhitung, sejak hubungan nya dan Naruto membaik kesehatan nya pun semakin meningkat pesat. Seolah hanya Naruto lah yang ia dan bayi butuhkan selama ini. Yah.. Walaupun pada faktanya memang begitu.
Sakura berdehem saat merasakan pipinya memanas, astaga, padahal ia hanya sedang mengingat kilas balik hubungan nya dengan Naruto sebulan terakhir tapi tetap saja pipinya bersemu karenanya. Tampaknya efek jatuh cinta memang seperti itu ya..
Sakura merasa, warna hidupnya didominasi oleh semu merah dan merah jambu, seperti warna rambutnya.
" Aku jadi mulai memikirkan kata-kata Karin tentang rumah kita, sayang"
Sakura yang sedang dipenuhi warna-warni tentang cinta itu pun langsung menoleh kebelakang, dimana tempat Naruto yang sedang membuatkannya susu hamil untuk nya. " Memangnya apa yang dikatakan Karin tentang rumah kita? "
"Sesuatu hal yang mengerikan" Kata Naruto santai, laki-laki itu bahkan tak menyadari kalau Sakura kini sudah mengekerut takut.
"Mengerikan seperti apa maksudnya? "
Naruto tampak berpikir sambil mengaduk susu hamil rasa stroberi kesukaan Sakura. " Dia bilang rumah kita angker? "
"Sejak kapan? Mana ada ya, aku dan Hanare selalu berada dirumah sepanjang hari, tak ada apapun tuh"
"Benar kah? "
"Iya lah! Memang nya kenapa kau berpikir apa yang dikatakan Karin benar? "
Naruto menahan senyumnya, "soalnya akhir-akhir ini aku sering melihatmu senyum-senyum sendiri pada tembok. Aku jadi curiga.. "
Sakura mengerutkan keningnya tak paham.
"Apa ada hantu tampan yang menggodamu sampai pipimu sering bersemu merah"
Sedetik setelah kalimat itu meluncur dari Naruto, Sakura pun langsung memahaminya. Mata hijau itu melotot garang. " Kau menyinggung ku ya! "
"Mana ada" Naruto mengelak sambil berjalan mendekati Sakura yang sedang duduk di kursi makan. Menunggu jadwal minum susu nya.
"Kau.. Ish menyebalkan sekali" Sakura menggerutu, "padahal karena aku memikirkan nya"
Naruto menjilat bibir bawahnya, cengiran sombong khasnya kembali lagi. " Apa tadi barusan saja kau mengakui kalau kau memikirkan ku? "
"Tidak" Ketus Sakura sambil merebut gelas susu dari tangan Naruto.
"Jadi siapa yang bisa membuat istriku bersemu, hm? "
"Hantu tampan"
"Mana ada"
"Ada, siapa bilang tak ada" Sakura menyolot.
"Memangnya ada Hantu yang bisa mengalahkan ketampanan ku? Manusia saja tak ada yang bisa mengalahkan ku"
Sakura mendelik, "sombong! "
"Tapi benarkan"
"Tidak! "
"Heh" Naruto tampak tak Terima.
"Terakhir yang ku ingat kekasih Karin lebih tampan darimu"
Naruto mengernyit sebelum wajahnya tampak merah padam. "Maksud mu Sasuke! "
Sakura tertawa, menikmati kekesalan Naruto. " Ya.. Siapa lagi? "
"Sungguh Sayang? Kau masih bisa membawa Sasuke di percakapan mesra kita? Sungguh? " Naruto mendramatis keadaan.
Sakura memeletkan lidahnya, mengejek. Sesekali ia juga tertawa sambil meminum susunya.
"Memangnya apa kelebihan Sasuke yang bisa dibanggakan? Dia bahkan langsung menyerah saat aku akan menikahi mu waktu itu" Naruto mendumel.
Sakura tersenyum, "banyak sekali yang bisa dibanggakan dari Sasuke, dia tampan, pintar, putih, tinggi"
"Laki-laki lebih bagus berkulit Tan, kelihatan macho" Naruto memotong, "lagian tinggi ku seimbang dengan Sasuke jelek Uchiha itu"
"Beda, Sasuke dua senti lebih tinggi"
"Hanya dua senti! " Naruto menyalak tak Terima.
"Memangnya kenapa, kompetisi tetaplah kompetisi, anata"
Naruto mendengus, "baru kali aku tak senang sekalipun kau memanggil ku anata, "
Sakura tertawa. Lagi-lagi mengejek.
"Haruskah aku menyuruh Hyuga untuk mematahkan leher Sasuke jelek Uchiha itu"
Senyum Sakura menghilang, "apa maksud mu tiba-tiba membawa Hyuga"
Naruto mengerjap, menyadari kesalahannya. Hyuga dan Hinata adalah dua hal yang sangat sensitif di telinga Sakura nya.
"A-aku hanya spontan"
"Spontan mengingat Hyuga? "
"Bukan! " Naruto menggeleng patah-patah. " Saat aku kesal tadi, hanya Hyuga yang ada di kepala ku, maksudku Hyuga perusahaan, bukan Hyuga-Hyuga itu. Perusahaan mereka kan sekarang bekerja sama sangat dekat dengan Uchiha. Jadi.. Aku pikir mereka bisa mematahkan kepala Sasuke saat bertemu "
Sakura meletakkan gelas susu yang baru diminum setengah itu ke atas meja, wajahnya jelas terlihat tak suka. "Aku mengantuk, "
"Tapi susu mu belum habis"
"Suruh saja Hyuga perusahaan itu mengurusnya! "
Naruto memgerjap.
"Bukankah Namikaze sekarang juga bekerja sama dengan Hyuga? Jadi kalian dekat kan? "
Naruto diam, mata birunya jelas menunjukkan keputus asaan. Oh ayolah, ia hanya membawa nama Hyuga yang tak sampai harus membahas Hinata seperti mereka membahas Sasuke tadi. Tapi kenapa serunyam ini.
Sial!
Terkadang perempuan hamil yang sedang dimabuk cinta juga memiliki tingkat kecemburuan diluar nalar. Yah.. Tampaknya malam ini ia tak mendapatkan pintu masuk kedalam kamar.
Menghela napas, Naruto akhirnya meminum setengah susu yang tersisa.
Tak peduli. Ia juga ikut kesal.
——
KAMU SEDANG MEMBACA
competition -Narusaku
FanfictionHanya karena tak mau kalah dari Sasuke, Naruto menerima perjodohan orang tuanya dengan Sakura sekalipun ia tau kalau saat itu Sakura dan Sasuke sudah menjalin hubungan yang serius. Semua karakter milik Masashi Kishimoto