" Sudah lebih baik? " Naruto bertanya dengan penuh rasa khawatir. Sakura sudah sadar sejak beberapa jam yang lalu, tapi seperti yang dikatakan Tsunade, istri Naruto itu harus benar-benar bedrest total dan membatasi interaksi yang berpontrnsi stres untuk beberapa minggu kedepan. Itu jugalah sebabnya mengapa sekarang hanya mereka berdua yang ada diruangan itu.
"Ya" Sakura mengangguk sambil terus mengikuti gerakan Naruto yang membereskan bekas kekacauan yang dibuat oleh Karin dan Tenten. Ah, omong-omong dua perempuan itu menjadi sangat bersahabat sejak sama-sama menunggu Naruto koma waktu itu.
"Karin dan Tenten ini benar-benar" Naruto berdesis sambil membuang sampah terkahir yang berhasil ia ambil dari sela-sela sofa.
"Apa mereka benar-benar menjagamu? Atau hanya mengacau? "
Sakura mengerjapkan matanya, terlihat kaget karena Naruto kembali bertanya padanya. " Mereka menjagaku"
"Apa mereka makan ramen disaat menunggu orang sakit? " Naruto mendumel saat melihat bekas tetesan kuah yang ia hapal sekali kalau itu kuah ramen.
"Tidak"
Naruto menaikkan alisnya, menatap Sakura dingin. "Kau mulai bertemen juga dengan mereka? Sungguh? Aku ingat sekali kalau kau membenci Tenten sejak pertama kali bertemu dengannya"
"Aku masih"
"Lalu? Kenapa masih membelanya? Jujur saja kalau mereka menindas mu, Karin dan Tenten itu sekalipun mereka sangat berjasa untukku tapi kadang memang keterlaluan"
"Naruto" Sakura memanggil lemah, ia lalu menggeleng. "Mereka tak menindas ku, yang makan ramen itu aku. Karena terburu-buru takut ibu datang menjenguk, aku menumpahkannya"
"Kau apa? " Naruto mendekati Sakura, menarik kursi agar lebih dekat dengan Sakura. "Kau makan ramen? "
Sakura mengangguk patah-patah, "maaf"
Naruto tak marah, sungguh. Ia hanya sedikit tak menyangka. Sejak kapan Sakura menyukai ramen? Bukankah perempuan ini sangat-sangat pemilih. Sakura adalah orang yang menganggap mie dan sejenisnya adalah makanan yang harus di hindari untuk kesehatan, besar di keluarga yang menjunjung tinggi kesehatan tentu saja membuatnya begitu. Jadi.. Rasanya wajar kalau Naruto masih tak percaya dengan pendengaran nya.
"Kenapa kau makan ramen? "
"Aku ingin" Kata Sakura memalingkan wajahnya.
"Tapi kau sedang sakit?"
Sakura tak menjawab, namun mata hijaunya mulai diselaputi bening air mata. Siap tumpah kapan saja.
"Sakura? " Naruto memanggil ingin jawaban.
Sakura menggeleng dan saat itu lah Naruto baru menyadari kalau Sakura sedang menahan tangis.
"Kau menangis"
"Pergilah"
"Hm? "
"Kau ingin kita bercerai kan? Tanda tangani saja semuanya, aku tak bisa menjelaskan tentang foto-foto itu padamu"
Naruto menghela napas, mulai tau arah pembicaraan Sakura. "Aku tak ingin bercerai" Katanya jujur.
"Bohong, " Sakura menyela. "Jangan karena aku sedang sakit kau mengubah pikiranmu,"
"Aku memang tak berpikir untuk bercerai"
"Kau bilang pada Tenten setelah tahun baru kita akan bercerai! "
Naruto diam. Suara isakan Sakura mulai terdengar jelas setelah keterdiaman yang panjang itu. "Bukan kah kau yang memintanya? Kau tak mau hidup denganku lagi kan? "
KAMU SEDANG MEMBACA
competition -Narusaku
FanfictionHanya karena tak mau kalah dari Sasuke, Naruto menerima perjodohan orang tuanya dengan Sakura sekalipun ia tau kalau saat itu Sakura dan Sasuke sudah menjalin hubungan yang serius. Semua karakter milik Masashi Kishimoto