Sepi.
Itu yang Sakura rasakan setelah kedua orang tua dan mertuanya pulang dari rumahnya. Naruto juga seperti sedang mogok bicara dengannya. Namikaze muda itu bahkan seperti sengaja menghindarinya semenjak mereka pulang dari rumah sakit. Terhitung, sudah lima hari ini Naruto di perbolehkan pulang dan selama lima hari itu jugalah Naruto mendiamkannya.
Kondisi Naruto juga terus mengalami peningkatan yang signifikan, bahkan hanya dalam lima hari ini Tsunade langsung bisa mengambil keputusan untuk menunda Operasi yang sudah ia rencanakan sebelumnya untuk diganti dengan pengobatan terapis juga dibantu obat-obatan nya khusus darinya. Mengingat, sebenarnya Aritmia Naruto masih bisa ditangani selama Naruto benar-benar mengubah pola hidup nya menjadi pola hidup yang lebih sehat.
Keputusan Tsunade itu jelas di Terima dengan penuh syukur oleh semua orang, mereka juga mulai menyangkut pautkan kesehatan Naruto dengan kehadiran Sakura juga kehamilan nya. Mereka-terutama keluarga Namikaze-berpikir kalau Sakura memberikan kekuatan untuk Naruto sembuh lebih cepat walaupun pada faktanya, Sakura merasa hal itu tak benar.
Yah.. Bagaimana bisa yang mengambil andil besar untuk kesehatan Naruto saat laki-laki itu bahkan terus mengabaikan nya. Seperti saat ini contohnya, setelah kedua orang tua mereka pulang pagi itu, Naruto langsung membuka buku bisnisnya, membacanya dengan tekun, padahal Sakura sangat tau kalau Naruto sedang dibebaskan pekerjaan oleh Minato dan juga, hei.. Ini masih hari libur tahun baru. Jadi, Sakura rasa Naruto memang berniat mengabaikan kehadiran nya sepenuhnya.
"Naruto" Sakura bergumam pelan, lirih sekali suaranya terdengar tapi anehnya Naruto mendengarnya dengan jelas.
"Kau memanggil ku? " Naruto pura-pura bertanya. Tapi mata birunya tak teralihkan sedikitpun dari bacaannya. Atau-seperti itulah yang terlihat.
Sakura tergagap, perempuan itu lalu menggelengkan kepalanya gugup. "T-tidak"
Hening lagi, Naruto yang sejak tadi pura-pura sibuk itu pun kembali melirik Sakura, dilihatnya perempuan itu duduk dengan bahu lemas dengan tangannya mengusap-usap perut ratanya.
"Ku dengar tadi pagi kau muntah" Kata Naruto, masih menatap bukunya, tak menoleh sedikit pun kearah istrinya itu.
Sakura meremas jari-jarinya, "Ya.. Maaf kalau itu mengganggu mu"
"Hm" Naruto hanya bergumam tak jelas, mendengar itu Sakura merasakan matanya memanas. Tapi hanya sesaat, karena Sakura langsung mengulas senyumnya. Bangkit dari duduknya.
"Mau kemana? "
Sakura menoleh, tersenyum lembut. "Aku ingin memakan camilan, kau ingin juga? Aku rasa aku bisa membawakan nya untukmu juga"
Naruto tertegun sesaat, ia lalu menggeleng, " Tidak"
Mengangguk pelan, Sakura akhirnya benar pergi. Tapi Naruto tak bodoh untuk tak menyadari mata merah istrinya itu. Ah, seketika rasa bersalah bergelanyut di hati Naruto. Sejujurnya ia bukan berniat mengabaikan Sakura sepenuhnya. Ia hanya sedang menjaga jarak. Sebelum nya ia lah yang memutuskan melepaskan Sakura dan seharusnya setelah tahun baru semalam mereka akan resmi bercerai tapi ternyata Sakura hamil. Dan perempuan itu membatalkan rencananya perceraian yang sempat mereka sepakati waktu itu.
Naruto senang, tapi ntah mengapa ia merasa bersalah. Lagi pun, foto-foto itu..
Ah, Naruto memejamkan matanya, mencoba mengusir semua pikiran buruknya.. Ia mengantuk.
----
Seminggu berlalu, hubungan Naruto dan Sakura semakin terasa dingin. Setidaknya seperti itu lah yang Sakura rasakan. Bahkan kini, Naruto tak hanya mendiamkannya, tapi juga sepenuhnya mengabaikannya. Namun, sesekali Naruto memang bersikap lebih baik padanya. Ntah karena apa, mungkin juga karena bayinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
competition -Narusaku
FanfictionHanya karena tak mau kalah dari Sasuke, Naruto menerima perjodohan orang tuanya dengan Sakura sekalipun ia tau kalau saat itu Sakura dan Sasuke sudah menjalin hubungan yang serius. Semua karakter milik Masashi Kishimoto