19

391 40 8
                                    

"Bagaimana? " Karin dan Sasuke menatap Sakura harap-harap cemas. Mata mereka seperti bersinar penuh harap. Seolah mengharapkan jawaban bagus dari Sakura.

Sakura yang ditatap seperti itu pun hanya mengangguk patah-patah. Merasa tak enak hati berkata jujur saat Ia tau bagaimana usaha keduanya. Karin bahkan benar-benar menjemput Sasuke untuk membantunya membuat ramen yang diinginkan kannya. Padahal  Sakura tau dengan pasti kalau keduanya masih ada perseteruan yang belum diselesaikan. Menahan mualnya.  Sakura tersenyum paksa, "E-enak" Katanya dengan terbata.

"Wah.. Sugoi! Sasuke-kun kita berhasil.. Hah.. Tak sia-sia malam tahun baru ini aku gunakan untuk bolak-balik ke supermarket" Karin mengusap keningnya, seolah begitu bersyukur dengan jawaban Sakura sedangkan Sasuke hanya terkekeh. Sejatinya pun tau kalau Sakura hanya ingin menyenangkan hati mereka.

"Y-ya... Terima kasih Karin, Sasuke-kun. Sekarang kalian bisa menikmati malam pergantian tahun dengan tenang. Bukankah sebentar lagi sudah waktunya menyalahkan kembang api? " Kata Sakura meletakkan semangkuk ramen buatan Karin itu ke meja. Diam-diam menyingkirkan nya.

"A-ah" Karin bersemu, melirik Sasuke yang hanya meliriknya datar. "Aku rasa lebih baik aku menunggu kalian berdua disini Sakura, Sasuke juga akan pulang. Besok lusa ia sudah harus pulang ke Jerman. "

"Kau tak menetap lebih lama, Sasuke? " Sakura bertanya kaget, ia memang tau kalau Sasuke melanjutkan kuliah spesialis nya disana dan ia juga tau kalau Sasuke memang harus ke Jerman. Tapi ia sama sekali tak tau kalau Sasuke akan pulang ke Jerman dalam waktu dekat. Bukankah itu terlalu terburu-buru?

"Sasuke harus menyiapkan diri untuk ujiannya, Sakura. " Karin yang menjawab.

Sakura mengangguk, " kau lebih tau tentang Sasuke ternyata"

"Eh" Karin kembali bersemu, ia menggeleng tapi Sasuke justru terkekeh.

"Aku rasa, Sakura benar. Malam tahun baru ini harus kita rayakan dengan baik dan juga.. Banyak hal yang harus aku luruskan pada mu, Karin" Sasuke memasukkan tangannya di saku mantel hangatnya. Ia lalu menatap Karin serius sedangkan Karin memgalihkan tatapan matanya. Sial.. Ia malu.

Sakura tersenyum, Ia bahkan ikut menggoda Karin saat akhirnya dua sejoli itu pergi meninggalkan ruangannya dan Naruto. Namun begitu pintu ruang rawat itu tertutup, senyuman Sakura pun memudar. Perempuan itu termenung lama, menatap mangkuk ramen itu dengan kosong. Ia lalu menatap Naruto, sekali lagi, Ia menghela napas berat, mencoba mengatur perasaannya. Ia pun menyingkirkan mangkuk dan meja kecil itu dari jangkauannya.

Sakura lalu kembali berbaring. Merapat ketubuh Naruto dengan hati-hati.

"Naruto, rasanya tetap tak enak" Adu Sakura lirih, meremas baju pasien Naruto pelan.

"Rasanya tak sama, aku tak tau apa yang salah, tapi rasanya benar-benar tak sama dengan milikmu. Ramen itu.. Terasa hambar di lidahku, hiks.. Tak enak" Sakura terisak, membiarkan air matanya membasihi baju pasien Naruto.

"Tapi aku tak tega berkata jujur pada mereka, aku tak ingin merepotkan.. Naruto, aku tak tau kalau anakmu akan senakal ini, hiks! Bangun lah! Urus anakmu ini, Naruto" Sakura tak hanya terisak, Ia kini tergugu. Suara tangisannya begitu menyakitkan untuk didengar.

"Naruto, bangun lah, bangun, aku mohon! "

"Dokter Tsunade bilang kau harus bangun malam ini, kalau tidak.. Kalau tidak kesempatan mu untuk bangun ke depannya lebih susah." Sakura tak hanya meremas baju Naruto, 'perempuan itu kini sudah meremas seprei dengan kesal. Meluapkan kesedihannya.

"Bangun lah, Naruto apa kau tuli! Aku bilang bangun! Bangun! " Sakura kian kuat tergugu.

"Jika kau marah padaku, aku tak masalah, kau boleh membenciku semau mu tapi.. Aku mohon, kau harus bangun, setidaknya kau harus bangun untuk menemui anakmu kan? Kau.. Kau tak boleh lepas tangan! Kau harus tanggung jawab pada kami! Kau tak mungkin meninggalkan anakmu tanpa ayahnya kan? Kau tak sejahat itu kan, Naruto"

competition -NarusakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang