Melodie : 09

6.4K 667 34
                                    

Selamat membaca danSemoga suka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat membaca
dan
Semoga suka
.
.
.
.
.

Terjadi ledakan di rumah sakit. Kejadian yang sangat tidak terduga. Bukan gedung Museum yang meledak melainkan rumah sakit. Grammy dan Soleil berada di rumah sakit itu. Aloisia bergegas menuju rumah sakit itu. Jantungnya berdebar dengan sangat cepat. Saat ini dia sedang menaiki taksi menuju rumah sakit. Tangannya mengepal kuat. Berdoa pada Tuhan. Mengharapkan perlindungan untuk Grammy dan Soleil. Begitu sampai Aloisia bergegas keluar dari dalam taksi. Kaki terasa lemas menatap gedung rumah sakit yang sudah hangus terbakar. Ada sekitar lima mobil pemadam kebakaran.

Tubuhnya bergetar hebat. Air matanya mengalir deras.
"Aaarrrghhhh! Aaarrrghhhh!" Bibirnya berteriak keras.

Ia salah mengira. Gedung yang di maksud bukanlah gedung Museum melainkan gedung rumah sakit. Ia bodoh sangat bodoh!

"Aaarrrggghhhh!"

Ia kembali kehilangan. Grammy, dan teman baiknya, Soleil.

Aloisia menangis sejadi-jadinya. Ia tidak mampu berkata-kata lagi. "Aaarrrghhhh!"

Professore Tecla berlari ke arahnya kemudian memeluk tubuhnya dengan erat. Wanita itu juga berduka. Ia turut kehilangan salah satu murid berbakatnya. Professore Tecla juga tahu jika Aloisia tidaklah berbohong. Akan ada ledakan namun Ia salah perkiraan. Bukan gedung Museum melainkan gedung rumah sakit. Banyak para warga sipil yang menangis. Menyaksikan rumah sakit itu terbakar.

"Aaarrrghhhh!" Alosia kembali berteriak.

"Middora! Tenanglah Middora!" Professore Tecla memeluk tubuh Alosia dengan erat. Wanita itu tak kuasa menahan tangannya. Sudah berapa banyak murid akademi yang kehilangan nyawa mereka.

Aloisia menangis sejadi-jadinya. Betapa kejamnya orang-orang itu mengincar gedung rumah sakit. Banyak dari mereka yang dirawat berharap untuk sembuh. Tidak hanya para pasien tetapi dokter dan juga perawat. Mereka sibuk mengobati orang-orang yang terluka. Rumah yang menjadi harapan setiap orang untuk melanjutkan hidup mereka kini sudah hancur.

"Middora ..."

"Ini semua salahku profesor. Seharusnya aku menghubungi Soleil untuk segera membawa Grammy. Semua perkiraan ku salah. Aku sudah menyebabkan Soleil dan Grammy meninggal."

"Tidak Middora! Tidak!"

"Seharusnya, aku lebih waspada. Karna aku terlalu fokus pada satu titik. Seluruh indra ku menjadi buta. Ini semua salah ku Professore."

"Middora ... Ini bukan salahmu. Ini semua salah para pelaku itu."

Aloisia menumpahkan semua tangisannya. Tak dia sangka hari pagi ini adalah kali terakhir dia melihat Grammy dan Sahabatnya. Semula dia berjanji pada Grammy untuk tidak membiarkannya kesepian. Namun, justru Soleil lah yang mengisi tempat itu untuknya. Mengabaikan tugasnya, dan lebih memilih menghabiskan waktu bersama Grammy. "Tidak bisa di maafkan! Aku harus segera menemukannya dan membuat dia membayar lebih mahal dari ini!"

Melo-dieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang