11. Perubahan

90 81 6
                                    

Happy reading!

•••

Cahaya matahari memaksa masuk ke dalam kamar gelap gulita yang saat ini Azra tempati. Aroma khas Saina memenuhi ruangan itu. Melihat pintu kamar itu sudah membuat Azra menangis, tapi saat ini ia memasukinya. Setelah melaksanakan salat subuh, ia masuk ke dalam kamar kakaknya itu.

Suasananya masih sama, kamar dengan nuansa biru tua dan putih itu. Banyak kenangan yang tersimpan di kamar itu. Azra menahan air matanya agar tidak terjatuh. Ia mencoba untuk kuat. Tapi rasa sakit itu selalu berhasil mendobrak pertahanannya. Apalagi dengan kenyataan yang pahit ini.

Sebuah notifikasi masuk, selain dari grup kelas, ada juga Esta dan anak curut.

Anak curut

Ekskul ya?

Mau izin

Lah, kok jadi gini?
Nanti gue anter pulang!

Mau cari Kak Saina

Oke, gue anter!

Azra hanya membaca pesan terakhir yang dikirim oleh Sagatha. Anak itu benar-benar ingin membantunya. Semakin banyak orang yang membantunya, semakin cepat kesempatan untuk mendapatkan pembunuh itu.

"Sayang, ayo sarapan!" panggilan dari dapur membuat Azra keluar dari kamar itu. Kamar yang berada tepat di samping kamar El.

Azra tidak banyak bicara. Ia fokus kepada piringnya. Walaupun El terus mengajaknya berbicara. Azra benci tatapan Kenzi saat ini. Tatapan dengan seringai menyebalkan. Ia ingin mengusir orang itu secepatnya.

"Azra nanti ekskul? Mau dijemput sama adek jam berapa?"

"Gak apa-apa Ma, aku pulang sendiri aja." Azra tersenyum. Dirinya tidak bisa mengatakan hal yang sebenarnya.

Ibunya bisa marah jika mengetahui bahwa Azra mencari tahu tentang pembunuh kakaknya. Ini yang membuat gadis itu terheran-heran. Azra selalu menyangka bahwa ibunya melindungi penjahat itu. Entah apa yang dilakukan oleh penjahat itu sampai-sampai keluarganya menutupi hal ini.

Azra sampai tepat waktu hari ini. Dirinya tidak mau mendapati hukuman dari Pak Dika. Ia juga ingin berubah menjadi lebih baik. Dimulai dari disiplin berangkat sekolah tepat waktu. Tapi, jika untuk menghilangkan sifatnya, itu tidak bisa!

Azra melangkah menjauhi motornya. Tiba-tiba ada yang menarik tasnya. Ini adalah hal yang paling dibenci oleh Azra! Ia tidak suka tasnya ditarik-tarik!

"Lo ngapain sih Kak?"

"Zra, please lo harus bantu gue! Amel ngikutin gue dari tadi, gue ngikut kelas lo bentar ya? Gue juga masukin kunci motor ini ke tas lo, biar nanti kita ketemu lagi. Emang si gue mau bantu lo, tapi kesannya kayak kita deket aja." Sagatha memasukkan kunci motornya.

Azra tidak merespon permintaan Sagatha. Ia harus bisa membantu laki-laki itu, walaupun permintaannya sangat aneh. Mungkin saja Amel satu arah dengannya, jadi Sagatha sangka ia mengikutinya.

Sagatha berjalan tepat di belakangnya. Azra tidak suka tatapan beberapa pasang mata ke arahnya. Ia juga tidak suka tatapan sinis beberapa orang yang mengarah kepadanya. Ini semua salah Sagatha, titik!

Pertemuannya dengan Sagatha bisa dibilang kebetulan. Tapi, permintaan Sagatha yang menginginkan mereka menjadi teman itu lebih kebetulan. Azra tidak menyangka akan secepat ini. Ia sangka akan ada drama panjang seperti sinetron atau kisah fiksi yang sering dibaca olehnya. Tapi, Sagatha seperti kesambet dan tiba-tiba saja begitu. Tapi, ini menguntungkan dirinya, dengan keadaan seperti ini tantangan dari Esta bisa terselesaikan. Ia tidak perlu membayar syarat itu, dan Esta yang harus membayarnya.

Jalinan Oksimoron [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang