18. Perpisahan I

60 50 20
                                    

Happy reading!!
Jangan lupa tinggalkan ☆ dan komennya yaaa

"Jangan terlalu percaya kepada orang, karena rasa kecewa butuh waktu lama untuk menghilang"
~Azra Kezia

•••

Ternyata, kehilangan seorang sahabat itu menyakitkan. Lebih baik kehilangan seseorang, daripada bertahan dengan kesakitan. Azra sudah tidak peduli, mungkin saja di kelas XII nanti Esta dan dirinya tidak satu kelas. Anomali!

Ia merindukan Esta walaupun mereka tidak bertemu selama dua hari. Sebelumnya ia tidak pernah seperti ini. Mungkin ini rindu sebelum mereka benar-benar berpisah. Sakit hati adalah makanan sehari-hari dari lingkup persahabatan mereka. Tapi, Azra tidak bisa menjauh dari Esta. Tapi, sekarang ia harus belajar menjauh dan terbiasa tanpa Esta.

"Jangan terlalu percaya kepada orang, karena rasa kecewa butuh waktu lama untuk menghilang"

Tutor menghilangkan rasa malas! Azra selalu malas ketika berangkat sekolah. Tapi, ia sadar bahwa pendidikan itu penting. Tiga tahun itu bukan waktu yang lama. Azra merasa baru kemarin lulus SMP. Ia harus mengubur semua mimpinya, dan menanam harapan ibunya. Suatu saat nanti ia akan memanen hasil walaupun mimpinya sudah dikubur.

Eh, Azra itu diam-diam suka melukis. Ia diam-diam membeli canvas, cat, dan kuas. Kenapa diam-diam? Jika ibunya tahu bisa-bisa ia dimarahi. Tapi, lewat lukisan rasa sakitnya bisa tersalurkan. Semua lukisannya itu disimpan dikolong kasur.

Azra merasa berat melangkah ke lorong SMA Aksarana. Dirinya saat ini dibenci. Tapi, Azra tidak peduli dengan semua ini. Tujuannya ke sekolah adalah untuk belajar, setelah itu pulang. Ia menganggap pandangan sinis dan ucapan menyakitkan itu sebagai hiburan.

"Zra!" suara panggilan menghentikan langkah kaki Azra. Ia membalikkan badannya.

"Kamu gak apa-apa?" tanya Azizan.

"Menurut lo?!" Azra mendelik, ia melanjutkan langkahnya. Untuk apa ketos itu menanyakan kabarnya.

Azizan berusaha menyamakan langkahnya. "Please! Gue cuman pengen nemenin lo. Gue tau lo sakit hati Zra, gue tau juga kalau lo butuh seseorang disaat sulit kayak gini. Jangan lupa kalau kita ini temenan dari kecil," ucap Azizan.

Cowok dengan hidung mancung, alis tebalnya menukik, dan netra hitam legamnya yang tajam.

"Gue gak salah, gak sakit hati, dan gak butuh orang!" sergah Azra.

Azra tidak lewat ke lapangan, ia memilih lewat ke depan ruang guru yang bersebrangan dengan gedung IPA. Ia takut bertemu dengan Sagatha jika lewat ke sana. Ia tidak ingin bertemu dengan Sagatha. Hari ini ia sudah izin untuk tidak mengikuti ekskul.

Hanya ada beberapa guru, ia juga merasa malas bertemu guru. Tidak ada yang membela. Apakah semua benar-benar percaya dengan kabar ini? Terbesit dihati Azra untuk keluar dari sekolah ini. Sekolah ini sangat nyaman, dengan fasilitasnya yang mendukung. Tapi, orang-orangnya yang membuat tidak nyaman.

Azra menatap kembali orang-orang yang menatap dirinya dengan sinis. Apakah mata-mata itu bisa dicolok? Waktu upacara sebentar lagi. Mungkin karena Azra sengaja memperlambat semua kegiatannya. Ia tidak ingin berada di kelas lama-lama.

"Ada pengacau nih."

"Mungkin urat malunya udah putus."

"Gak punya malu banget, bisa-bisanya masih bisa galak."

Telinganya mungkin memerah saat ini. Ucapan-ucapan itu. Jika nanti ia bisa membuktikan hal yang sebenarnya. Jangan harap ia akan memaafkan mereka semua. Azra akan menghafal wajah orang-orang itu!

Jalinan Oksimoron [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang