5. Pertemuan II

149 107 32
                                    

Happy reading!!

•••

El merasa bersalah. Saat ini dirinya merengek di depan kamar Azra. Soal kamar yang kedap suara itu bohong. El hanya meledek Azra waktu itu. Saat ini, ia menyesal karena tidak menjemput kakaknya lebih awal. Tapi, untuk apa ia merengek seperti itu? Semuanya tidak akan diketahui oleh Azra, karena sang empu sedang tertidur pulas saat ini.

"Kak! Buka!" El menggedor pintu kamar Azra. El tidak ingin kakaknya itu marah. Dari tadi, ia mengurung diri di kamar. Ia tidak ingin menambah luka dihati kakaknya.

"Kamu bisa gak sih jangan berisik? Ganggu tau gak?!"

"KAYAK GAK ADA KERJAAN AJA!"

"Gak peduli! Ya udah jangan didengerin apa susahnya?" El tetap menggedor kamar Azra.

Kakak sulungnya sangat menyebalkan menurut El. Ia tidak suka keramaian, yang ia senangi adalah kesepian. Kenapa keluar kamar kalau tidak ingin mendengar orang-orang! Atau tinggal di kuburan saja!

Kenzi adalah anak sulung keluarga mereka. Tapi sesekali El tidak menganggap orang itu ada. Sama dengan Kenzi yang tidak menganggap Azra dan El. Ia pernah berpikir untuk membujuk Ibunya mengusir Kenzi.

Ayahnya menyayangi Kenzi seperti ia menyayangi Azra, El dan Ica. Tapi, anak tidak tahu diri itu lebih memilih tidak menghargai keluarganya. Itu yang membuat El tidak suka kepada Kenzi. Yang ia sayangi hanyalah Ica, entah mengapa padahal Ica adalah adiknya juga.

"Aku udah capek ngeladenin Kakak!" El meninggalkan Kenzi yang menatapnya dengan tajam. Ia masuk ke dalam kamarnya yang ada di samping dapur.

Keluarga harmonis...
Apakah ini yang disebut keluarga harmonis?

Azra membuka matanya. Tubuhnya terasa lebih segar dan moodnya naik begitu saja. Ia berharap tidak menemukan kejadian yang membuat moodnya turun kembali. Tenaga yang ia simpan habis karena menunggu El. Azra mengucek matanya, ia berniat mengambil air ke dapur.

"Anak-anak gak penting! Ganggu orang aja." Azra mendengar suara Kenzi di luar.

Mengapa Kenzi berada tepat di depan kamarnya? Kamar Kenzi lebih dekat dengan tangga, dan mengapa ia berniat untuk pergi ke kamarnya yang berada tepat diujung. Ia tidak ingin melihat wajah Kenzi yang sangat menyebalkan itu.

***

Siraman cahaya matahari pagi mengenai wajah Azra dengan yang murung. Hari ini ia kesiangan! Dan ia mengendarai motornya dengan santai. Tidak peduli dengan Pak Satpam yang pasti mencegatnya di depan pintu parkiran. Ia tidak peduli! Ia akan menerima semua hukuman yang diberikan. Jujur, saat ini ia sedang malas untuk ngebut.

Sudah ia duga! Pintu parkiran sudah tertutup. Azra menghentikan motornya tepat di depan pos satpam. Bersamaan dengan seorang laki-laki dengan motor sport dan helm full facenya.

"Azra! Sagatha! Kenapa kalian baru datang?" Pak Satpam menghampiri mereka berdua. Membuka pintu yang sudah digembok itu.

Ini Sagatha! Azra senang bisa bertemu dengan orang yang sering diceritakan oleh teman-temannya. Tapi, mengapa orang yang disangka baik itu kesiangan? Dia juga orang baik, tapi karena telat bangun jadi kesiangan.

"Kesiangan Pak!" jawab serempak mereka berdua.

"Yang jelas! Alasannya apa?" tanya Pak Satpam, ia mengambil secarik kertas yang berada disakunya.
Azra menimang-nimang keputusannya. Ia harus mengatakan yang sebenarnya atau memberikannya bumbu-bumbu?

"Saya kesiangan Pak, begadang main game," ucap Sagatha. Wah! Teman-temannya merekomendasikan orang ini kepada Azra? Tentu saja Azra suka! Orang itu bisa ia jadikan tumbal! Ia akan memanfaatkan Sagatha untuk menemani adik tercintanya bermain game!

Jalinan Oksimoron [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang