16. Apakah Ini Sebuah Mimpi?

62 51 14
                                    

Happy reading!!!

Sebelum membaca jangan lupa votenya, beres baca langsung komen ya, ehe :)

•••

Keesokan harinya masih sama bagi Azra. Ia diantar oleh Papanya, tersenyum kepada Pak Satpam dan bertemu Esta. Mereka berjalan dilorong menuju lapangan. Azra tidak melihat Sagatha. Biasanya jam segini ia sudah berada di sekolah, itu dulu sebelum mereka kenal. Tapi saat ini Sagatha berangkat sekolah lebih siang. Apakah alarm sudah tidak berguna baginya?

Azra berjalan bersampingan dengan Esta. Tidak menyangka bahwa beberapa bulan lagi akan ada ujian tengah semester. Dari sana tidak akan terasa tiba-tiba ia sudah berada ditahun terakhir. Sungguh! Azra menjadi takut membayangkannya.

"Kamu emang sahabat terbaik aku, Es." Azra memandang Esta.

"Kamu juga." Esta tersenyum tipis.

Mereka sampai diujung lorong, meniti lima anak tangga dan sampai dilapangan.

"Astaga!" Esta terlonjak.

Azra yang sedang mencari permen ditasnya pun mendongak. Ia melihat pemandangan yang kurang mengenakkan.

"Kok bisa jadi gini si?" tanya Esta.

Beberapa orang berkumpul dilapangan. Azra tidak tahu ada apa sebenarnya. Ia pun melihat beberapa kain putih dengan tulisan buruk mengenai Sagatha. Semakin banyak orang yang berkumpul ditengah lapangan, termasuk Esta dan Azra. Suasana ricuh, berisik, seperti di pasar menurut Azra. Tapi, tulisan apa yang sedang dikerumuni oleh semua orang.

"KELUARKAN SAGATHA DARI SEKOLAH INI!" Azra bergumam.

Semua tulisan yang tertulis di lapangan, kain putih yang menggantung di balkon kelas atas. Lebih parah yang ada di lapang. Lapangan dengan warna cerah sekarang tercoret oleh cat berwarna hitam.

"SEMUA TENANG!" Azizan berteriak.

"Gimana mau tenang, semua kelas yang ada di sekolah ini acak-acakkan!" teriak salah seorang siswa.
Azra mengerutkan keningnya, ia memandang Esta. Azra menarik tangan Esta untuk melihat kelas itu. Ia pergi ke gedung IPA yang terdekat. Ia menerobos kumpulan orang-orang demi melihat kerisuhan itu. Ia terbelalak, semua meja dan kursi itu acak-acakan. Lemari terbuka, buku-buku bertebaran di lantai. Dipapan tulis juga ada tulisan itu. Jendela juga penuh dengan tulisan itu. Bedanya tulisan itu berwarna merah.

"Siapa yang udah buat semua ini? Kasihan banget Kak Sagatha."

Itulah ucapan yang terdengar dari beberapa siswa. Azra khawatir Sagatha akan mengamuk. Siapa yang tega melakukan ini semua? Pasti pelakunya tidak satu orang. Kelas di sekolah ini banyak, dan semua kelas berantakan. Setiap jendela dan papan tulis bertulisan.

SAGATHA HAMPIR DIPENJARA!

SAGATHA ITU KRIMINAL

KELUARKAN SAGATHA

Hati Azra mencelos, kasus Sagatha ini? Ini sudah berlalu, tapi siapa yang mengetahuinya. Siapa yang telah melakukan semua ini? Tega sekali orang yang berbuat ini kepada Sagatha. Pasti orang itu mempunyai dendam kepada Sagatha. Tapi, kenapa satu sekolah yang menjadi korban?

Bel upacara berbunyi. Mereka semua dikumpulkan di lapangan. Semua guru sudah mengetahui masalah ini. Mereka terlihat khawatir.

"Semua harap tenang!" ucap Pak Husen, Kepala Sekolah.

Azra tidak melihat Sagatha. Dimana anak itu?

"Anak-anak, mohon maaf atas kelalaian kami. Aktivitas belajar mengajar sementara dihentikan. Kalian tidak perlu membereskan kelas, itu sudah menjadi tanggung jawab kami. Bapak memohon maaf, sebelumnya tidak pernah ada kejadian seperti ini," ucap Pak Husen melalui pengeras suara.

Jalinan Oksimoron [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang