1. Rutinitas

242 135 110
                                    

Happy reading!!

•••

Terik matahari menyinari lapangan yang terlihat berkilau karena air yang membasahinya. Cipratan air pun mengenai celana olahraga siswa kelas XI IPS II yang berlari mengelilingi lapangan. Semua berjongkok mendengar penjelasan setelah pemanasan. Kecuali gadis dengan rambut kucir kuda yang berjalan santai dengan es potong ditangannya.

Siapa yang tidak kenal Azra? Ia terkenal sebagai siswi paling galak seantero SMA Aksarana. Ia bisa saja memarahi, menampar atau memukul orang yang menurutnya menganggu atau menyalahi aturan. Tapi, ia memang tipikal orang yang tidak mudah senyum, jutek dan dingin. Tapi, ia juga bisa tersenyum dan tertawa! Jika ada siswa nakal, panggil saja Azra!

"Kalau lewat depan Kakel itu sopan dong!" teriakan itu membuatnya menghentikan langkah. Tanpa rasa peduli, ia melanjutkan langkahnya menuju lapangan atau tempat lain selain itu.

"Kamu dari mana aja?"

"Maaf Pak, tadi saya sakit perut." Azra mengelus perutnya.

"Oke, kamu pemanasan dulu, setelah itu gabung!" Pak Dian meniup peluitnya dan mengajak yang lain untuk bersiap.

Azra tidak suka pelajaran olahraga, tapi di sisi lain ia juga menyukai olahraga. Seperti sekarang, materi tentang basket, dan itu favoritnya. Ketika ia menyelesaikan pemanasan, bola besar itu mengenai punggungnya cukup keras. Azra mengambil bola itu.

"M-maaf Az, a-aku gak sengaja," ucap Dhea, orang yang selalu gagap ketika berhadapan langsung dengan Azra.

"Dhe, bisa gak lo jangan gelagapan waktu ngomong sama gue? Gue gak semenyeramkan itu! Cuman bola basket doang mah gak bikin gue sakit." Azra menepuk bahu Dhea, ia tersenyum.

Dhea tersenyum melihat senyuman Azra untuk pertama kalinya. "Ternyata kamu gak seperti yang dikatakan orang-orang ya Az."

"Lo jangan pernah nilai orang dari telinga kalau lo punya mata. Penilaian setiap orang itu berbeda. Jadi, lihat faktanya, bukan dengar faktanya. Oke?"

Dhea mengangguk, mereka menghampiri yang lain dan belajar basket bersama. Walaupun sudah dari zaman dulu, tapi saat ini kesannya berbeda.

"Gue seneng banget Az! Sekarang lo lakuin saran dari gue buat berubah!" Esta bertepuk tangan kecil.

Ia adalah sahabat Azra sejak zaman putih biru. Esta Nirmala, kebalikan dari Azra. Esta begitu ramah, penyabar, disiplin, murah senyum, dan sangat ramah. Dari dulu, ia selau mengajak Azra untuk berubah menjadi lebih ramah. Tapi, perjuangannya sia-sia. Anak kedua dari empat bersaudara itu tetap saja bersikap seperti itu. Menurutnya, itu cukup kasar dan wanita secantik Azra tidak pantas seperti itu. Tapi, apa daya Esta? Ia tidak bisa merubah Azra yang keras kepala.

"Maksud lo apaan si?"

"Tadi lo baik banget sama Dhea!" Azra memicingkan matanya melihat Esta yang tertawa.

"Gue emang gitu dari dulu! Lo aja yang gak perhatiin sikap gue!" Azra meninggalkan Esta. Ia bisa saja bersikap ramah, tapi bawaanya selalu emosi. Apalagi melihat siswa yang menyalahi aturan, walaupun dia sering melakukannya! Azra paling tidak suka kakak kelas yang menginjak adiknya, dan adik kelas yang tidak sopan kepada kakaknya.

Jujur, Azra merasa ini bukan dirinya. Entah mengapa ia merasa dirinya berubah. Berubah menjadi lebih sewot! Mungkin kejadian itulah yang merubahnya menjadi seperti ini.

Azra berjalan dengan tergesa-gesa menuju kantin setelah mereka mengganti baju. Tentu saja dengan Esta yang berusaha mengikuti langkahnya. Banyak orang yang mengatakan bahwa gadis pendiam seperti Esta tidak pantas bersahabat dengan gadis sewot seperti Azra. Mereka itu dua sikap berkebalikan yang berhasil disatukan.

Jalinan Oksimoron [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang