21. Kebenaran

38 39 7
                                    

Happy reading!!

•••

Azra tidak peduli dengan suara klakson motor yang berasal dari motor yang ada di belakangnya. Ia tidak menyangka ini semua akan terjadi. Penglihatannya menjadi kabur karena air matanya. Pencarian pelaku Saina tidak akan pernah ditemukan. Karena ternyata pelaku sebenarnya ikut membantu mencari.
Hal menyakitkan ini yang akan Sagatha kasih tahu? Tapi, kenapa harus kakaknya?

“AZRA! AKU MAU JELASIN INI SEMUA!” teriak Sagatha. Azra menarik gasnya.

“Kakak sayang banget sama Azra!”

“Kamu temen perempuan aku yang pertama!”

Tadi di kamar Sagatha...

“KAK!” Azra berteriak.

Deritan pintu membuat Azra terdiam. Mungkin itu adalah Sagatha yang akan melepas ini semua. Kain itu dibuka, Azra mengedarkan pandangannya di kamar gelap itu. Lampu itu menyala ketika seseorang yang mirip Sagatha menyalakannya.

“Kamu gak apa-apa?” tanya orang itu.

Azra menatap orang itu. Mirip dengan Sagatha, tapi sepertinya ia lebih tua dari Sagatha. Tapi, ini tidak mungkin Papa Sagatha, terlalu muda.

“Saya Agatha, Kakak Sagatha,” ucapnya seraya tersenyum.

Netra keduanya bertemu, laki-laki bernama Agatha itu mundur beberapa langkah. Mata ini, mata yang tidak mungkin ia lupakan. Gadis ini juga pernah ia lihat beberapa waktu lalu. Tapi, kenapa Sagatha mengurungnya?

“Kamu siapa? Kenapa kamu bisa dikurung?” tanya laki-laki itu. Azra mengira bahwa kakak Sagatha ini lebih baik dari Sagatha.

“Saya Azra.”

“Aku sayang banget sama Azra, sama kayak kamu sayang ke Sagatha. Walaupun dia bukan adik kandung aku,” nama itu pernah diucapkan.

Apakah benar ini adalah adik seseorang yang sangat ia cintai? Seseorang yang telah pergi.

Agatha menatap manik mata indah itu. Ia yakin, ini adalah mata itu. Mata milik seseorang yang sangat ia cintai. Tahun-tahun indah ia lewati dengan pemilik netra indah itu. Luka itu masih sama. Jika tidak menguatkan diri sendiri, ia bisa depresi karena kehilangan wanita itu.

“Kamu adik Saina?” gumam Agatha yang terdengar oleh Azra

“Kakak tau?” tanya Azra.

“Dia masa lalu yang tidak akam pernah aku lupakan.”

Azra tersenyum, apakah mungkin ini adalah kekasih kakaknya? Apakah Sagatha tdak mengetahui bahwa kakaknya sendiri kekasih Saina itu? Sekarang Azra bisa menanyakan semua yang ia ingin ketahui.

“Kakak pacar Kak Saina dulu?”

“Kakak tau siapa pembunuh Kak Saina?”

Azra bangkit dari kursi itu, ia mendekat ke arah Agatha. Azra harap laki-laki itu bisa memberikan informasi terkait kasus ini. Atau Agatha juga tidak mengetahui itu? Buktinya saat ini laki-laki itu malah membeku dihadapan Azra.

“Kakak tau?” tanya Azra penuh harap.

Agatha menggeleng. Sikap Azra ini membuktikan bahwa ia tidak mengetahui apa yang sebenarnya. Semua keluarga Saina membencinya. Tapi, ia baru menyadari bahwa saat itu Azra tidak ada. Ia baru selesai dioprasi. Sagatha juga belum memberitahu semuanya kepada gadis ini. kebenaran harus diungkapkan walaupun menyakitkan. Agatha ingin menceritakan ini semua saat ini juga. Tidak peduli dengan reaksi Sagatha yang mungkin akan marah kepadanya.

Rasa sakit hati, kecewa, marah bahkan benci pasti akan hadir. Tapi, lebih baik Azra mengetahui ini semua darinya, dibanding dari Sagatha. Ia tahu, adiknya itu takut untuk mengatakan yang sebenarnya. Agatha tahu, jika adiknya itu mulai suka walaupun hatinya selalu menyangkal.

“Kamu duduk, saya akan menceritakan semuanya dari awal. Tapi, kamu dengarkan sampai selesai, kamu jangan pergi sebelum cerita ini berakhir.”

Azra menuruti permintaan laki-laki itu. Ternyata Agatha mengetahui sesuatu tentang pembunuhan Saina. Agatha duduk di tepi ranjang.

“Kamu yakin gak akan marah?”

“Kamu harus janji kepada saya!”

Azra mendelik, bisa-bisanya laki-laki itu bertanya hal itu. Ia tidak akan marah dan akan tetap bersabar jika berhadapan dengan masalah Saina. Azra duduk ditempat sebelumnya. Ia tidak ingin membalikkan kursi itu.

“Saya yang membunuh Saina.”

Ucapan singkat itu membuat hati Azra mencelos. Dadanya terasa sesak, Azra meremas celana olahraganya. Ia tidak boleh marah, ia harus tenang. Ia harus menemukan kebenaran itu. Semuanya, ia tidak boleh langsung menyimpulkan, ia harus mendengar penjelasan pembunuh yang lepas ini.

•○•
Halo apa kabar?
Janlup vote dan komen
Makasi karna udah mau mampir

Jalinan Oksimoron [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang