20. Mengungkapkan Kenyataan

48 42 9
                                    

Happy reading!!

Halo apa kabar?
Sebelum membaca, ayo follow akun ini agar mendapatkan notifikasi dari Azra!! Sudah baca, jangan lupa vote juga komennya.

•••

Menurut Azra, Sagatha ini sungguh tega. Kain berwarna hitam itu saat ini menutupi matanya. Dengan terpaksa dirinya menuruti arahan Sagatha untuk meniti tangga menuju lantai dua itu. Entah apa yang akan dilakukan Sagatha. Azra harap ia tidak benar-benar membunuhnya. Tapi, rumah Sagatha terlihat nyaman, tapi kenapa laki-laki itu tidak nyaman berada di rumah?

“Ayo masuk Azra!”

“KEMANA?” Azra memberontak.

“Ke kamar aku, kemana lagi?”

“Kak, miris tau gak! Gimana kalau nanti, keluarga atau asisten di rumah ini nemuin mayat aku tergeletak di kamar Kak Sagatha!” usahanya itu tidak membuahkan hasil. Oke, mungkin hanya pikiran negatifnya.

Azra berjalan beberapa langkah, kemudian ia diminta untuk duduk disebuah kursi. Tangannya diikat dibelakang. “Kak, ini namanya aku diculik dengan cara baik-baik!” teriak Azra.

“Azra, aku gak mungkin bunuh kamu. Aku mau minta maaf sama kamu. Sekarang aku mau nunjukin sesuatu sama kamu, tapi kamu kayak gini dulu. Kalau kamu gak gini, aku curiga kamu bakal berontak, langsung pulang. Tunggu ya,” ucap Sagatha.

Sagatha tersenyum kegirangan. Saat ini Azra memang merasa kesal. Tapi, setelah mengetahui kebenaran ini, mungkin dirinya merasa senang. Tidak ada pertanyaan lagi, kecuali rencana itu. Sagatha tidak mengetahuinya.

“Azra, aku buka ya.” Sagatha membuka penutup matanya.

Azra mengedarkan pandangannya. Ia dikelilingi oleh Zaxynort, ada Amel juga disana. Sagatha merangkul Amel. Semua orang tau, Amel itu suka kepada Sagatha. Apakah ini, sesuatu yang akan diperlihatkan oleh Sagatha?

“Lepasin aku! Aku harus pulang Kak!” sergah Azra.
Sagatha melepaskan tangan yang menyampir dibahu Amel.

“Eh, Ibu Ketua mau kemana? Jangan buru-buru!” ucap salah satu dari mereka. Orang ini tidak pernah Azra lihat di sekolah.

“Heh! Jangan macem-macem, ya!” gertak Azra.
Sagatha menahan tawanya, ia menghampiri Azra.

“Zra, kenalin, ini anak-anak geng abal-abal, dan ini Amel.”

“Pacar kamu?”

Salah satu dari mereka berdeham, “Cemburu, nih! Aduh.”

“Zra, Amel ini sepupu aku. Dia ngeselin aja jadi aku panggil nenek lampir. Aku gak suka diikutin sama dia, karena emang bocah ini selalu minta uang sama aku. Aku bukan bapaknya,” ucap Sagatha yang membuat semuanya tertawa, kecuali Amel.

“Tapi, banyak yang ngira Amel suka sama kamu, Kak,” kata Azra.

“Iya, dia ngejar aku mulu, minta duit!”

“Ezra lucu banget, apalagi ketemu sama Azra,” ucap Zayn yang sontak membuat Sagatha memberikan kode dengan tatapannya.

“Azra, Kak Sagatha itu emang selalu bully aku. Kalau dia gak bully aku, berarti dia bukan Kak Sagatha.” Amel memasang wajah murung.

Sagatha meminta mereka untuk ke balkon, dan duduk di sana. Ia akan menceritakan apa yang ia tahu. Semoga ini bisa menjadi sebuah informasi bagi Azra. Semoga ia senang, dan tidak merasa kecewa kepada dirinya.

Flashback on

Sagatha bangkit dari sofa berwarna putih itu. Ia membuka pintu, sepertinya teman-temannya sudah datang. Ia ingin membicarakan perihal rencananya kepada teman-temannya itu.

Jalinan Oksimoron [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang