3. Pertemuan

162 114 57
                                    


Happy reading!!

•••

Azra sangat menyayangkan kenapa hari libur itu sangat singkat. Akhir-akhir ini ia malas untuk sekolah. Apalagi bertemu dengan teman kelasnya yang begitu menyebalkan. Saat ini gadis itu sedang menendang kerikil. Berjalan dengan bibir menggumamkan umpatan. Seharusnya ia yang membawa motor, tapi nasib mempunyai adik tidak punya belas kasihan soal sekolah. El diizinkan membawa motor, dengan alasan membawa Ibu. Iya, Ibu memang mengajar di SMP yang sekarang El tempati, itu juga SMP yang Azra tempati dulu. El biasanya membiarkan kakaknya itu membawa motor, karena memang itu motor yang dibeli Ayahnya untuk Azra.

"Azra!" suara panggilan berhasil menghentikan langkah gadis itu.

"Tumben lewat jalan sini? Sengaja lo berkeliling sekolah ini?" tanya Esta.

Azra melewati gerbang depan. Satu hal yang membuat Esta heran adalah mengapa Azra melewati jalan itu. Parkiran terletak di samping gerbang depan. Tapi, pintu parkiran berbeda dengan pintu masuk atau gerbang itu. Jika melewati parkiran, Azra bisa langsung masuk ke area sekolah tanpa melewati gerbang depan.

"Heh! Emang gue gak boleh lewat gerbang ini?"

"Gue gak bawa motor, Es!" Azra menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Kalau gitu ngomong dari tadi!" Esta menyikut lengan Azra.

Azra berjalan dengan lunglai menuju kelasnya yang berada jauh disebrang lapangan. Esta dari tadi mengoceh entah menceritakan apa. Beginilah Esta, selalu bercerita dijam tidak tepat.

"KAK SHEEE!" Esta memekik, ia mengguncang tas yang berada dipungggung Azra.

"Apa sih?!"

"Siapa? Perempuan?" Azra mengernyitkan alisnya, mengedarkan pandangan mencari seseorang yang membuat Esta seperti seperti ini. Bukannya menjawab, Esta tampak salah tingkah entah karena apa. Daripada harus menjadi korban dari kekerasan Esta ketika salah tingkah, Azra memilih kembali berjalan menuju kelasnya.

Azra menggumamkan umpatan tidak jelas saat ini. Ia merasa dirugikan oleh adiknya! Ia baru ingat! Hari ini adalah jadwal ia untuk ekskul, dan bagaimana caranya untuk pulang? Bagaimana jika adiknya itu tidak menjemputnya?! Sungguh menyebalkan!

"Dasar El nyebelin!" Azra menggerutu. Ia meniti tangga dengan berlari kecil, tanpa melihat ke depan.

"Argh!"

Bukannya sakit, kali ini Azra kaget! Kepalanya terhantuk...

"Kalau jalan itu liat-liat!"

Azra mengangkat kepalanya. Orang yang sama yang ia temui di UKS waktu itu, yang berada di belakang orang yang menabraknya. Mengapa tabrakan dan tabrakan selalu mengisi hari-harinya. Untuk apa ia di sana? Di belakangnya ada beberapa siswa yang ikut. Termasuk si Dava yang menyebalkan itu!

"Iya maaf, Kak." Azra berlalu bergitu saja. Ia malas berdebat hari ini. Ia tidak ingin marah-marah, apalagi teriak hari ini. Ia simpan tenaganya untuk nanti.
Lengannya dicekal.

"Semudah itu?"

Azra melepaskan cekalan itu. Jujur, kali ini ia tidak ingin mengeluarkan tenaga untuk marah!

"Lo udah ganggu temen gue! Lo berani-beraninya nampar dia!" orang itu menunjuk Azra tepat di depan matanya, Azra mengangguk, rasa kesalnya mulai naik saat ini. Tapi, jujur ia tidak ingin marah-marah!

"Oy, mental yupi! Jadi lo bawa temen? Lemah lo Dav!" Azra memandang Dava yang berada dikerumunan beberapa orang itu.

"Udah, gue gak punya waktu buat geng yupi kayak kalian! Bentar lagi upacara, jadi benerin tuh dasinya!" Azra mendorong laki-laki itu. Sebenarnya, ia ingin mengeluarkan emosinya itu. Tapi, ia ingin bersabar untuk kali ini. Coba-coba berhadiah!

Jalinan Oksimoron [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang