Esme tidak mau menginjakkan kakinya ke sini. Tetapi, karena pria sialan itu tidak kunjung memberikan kabar padanya membuat Esme terpaksa masuk ke dalam Hutan Peri dan menemui si sialan itu.
Esme menghembuskan nafasnya dengan kuat lalu memantapkan hatinya untuk mengetuk pintu yang terbuat dari kayu itu. Baru saja dia hendak mengetuk pintu, pintu tersebut telah dibuka dan terlihat sosok pria bertubuh tinggi yang mengenakan jubah hitam.
Pria itu menatap datar Esme.
"Gagal."
Esme tidak lepas memandang si pria yang merupakan kakak laki-lakinya, Noah. Dia hanya diam mendengarkan kalimat selanjutnya yang akan Noah katakan karena dia tidak mengerti maksud dari satu kata itu.
"Aku gagal menyelamatkan mereka, Esme."
Esme tercekat. Dia menghela nafas karena tidak percaya akan apa yang ia dengar.
"Mereka mati?" bisik Esme dengan suara bergetar.
Tidak ada yang boleh mati dari para kesatria itu.
Jika salah satu dari mereka mati, maka kekuatan untuk menggulingkan Raja Lucius pun berkurang.
Akan ada kekosongan di antara mereka jika salah satu di antara mereka tidak ada.
Mereka ditakdirkan bertujuh, dan selamanya akan terus seperti itu.
Noah tidak menjawab, dia hanya menundukkan kepalanya membuat Esme tersenyum getir dan menitikkan air mata karena rasa sedih yang ia rasakan.
***
Perjalanan panjang mereka pun akan dimulai tanpa Daran. Pria itu mengatakan ada hal lain yang harus dia lakukan dan tidak bisa ikut dalam perjalanan lima pemuda itu.
Seperti di awal, perjalanan mereka dipimpin oleh Hugo, tujuan mereka adalah pergi ke Spiree sebelum ke Ancbourne lalu mendatangi Darhagen untuk melaksanakan misi terakhir mereka.
Walaupun Reinhard berkali-kali meminta Hugo untuk tidak perlu mampir ke Ancbourne dan langsung saja pergi ke Darhagen. Tetap saja, Hugo bersikeras menyuruh Reinhard untuk tetap singgah ke Ancbourne.
"Reinhard, kita semua akan berkumpul di Ancbourne. Walaupun waktu kita tidak banyak, kita harus mampir ke sana walaupun hanya sebentar."
Itulah yang Hugo katakan pada Reinhard mengenai alasan kenapa dia tetap bersikeras pergi ke Ancbourne.
Perjalanan mereka hanya ditemani oleh keheningan. Tidak ada yang berbicara walaupun sebenarnya sebelum mereka bereinkarnasi mereka adalah teman akrab.
"Emm, sebenarnya, kenapa kalian melakukan perjalanan ini?" tanya Jarrod yang pada akhirnya memutuskan untuk membuka mulut.
"Karena ini takdir kita" jawab Hart acuh tak acuh.
Jarrod mengernyitkan alisnya lalu melirik Barnett meminta sebuah penjelasan.
"Kita ini reinkarnasi para kesatria dan ditakdirkan menggulingkan Raja Lucius, nah, sekarang kau sudah mengerti kan kenapa perjalanan ini penting?" ucap Hugo yang sudah bosan menjelaskan masalah tujuh kesatria hebat dan ramalan Yuura.
Jarrod terlihat tidak percaya. Dia tidak merasa bahwa dia merupakan reinkarnasi seorang kesatria. Namun, semua itu menjelaskan mengapa Jarrod memiliki kekuatan super hebat. Dia bahkan mampu menggunakan Fulgur yang merupakan petir milik si kesatria hebat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[FF NCT DREAM] HELMUT
Fanfiction🎵Raise your weapons, sing a song🎵 🎵 War is here, we waited so long🎵 **** Huang Renjun merasa, dia hanya bermain ke hutan di belakang rumah barunya. Suara nyanyian seorang wanita membuat laki-laki berusia 20 tahun itu berjalan menelusuri asal sua...