Bab 39: Daffodil

265 48 0
                                    

Dia tidak tahu di mana dia sekarang.

Jarrod hanya mempercayai ke mana hatinya ingin pergi. Dia biarkan langkah kakinya ini mengikuti kata hatinya walaupun sebenarnya Jarrod tidak yakin apakah dia sudah memilih jalan yang benar.

Kabut semakin tebal dan jarak pandang Jarrod semakin terbatas. Suhu pun semakin turun dan Jarrod bisa merasakan hembusan angin yang mengarah kepadanya mampu menusuk tulang. Pakaian yang ia kenakan tidak cukup tebal untuk menghalau rasa dingin yang memeluk tubuhnya. Perutnya meronta minta diisi, bibirnya kering dan dia butuh sesuatu yang segar untuk menghilangkan dahaga yang ia rasakan.

Jarrod memicingkan matanya karena merasa bahwa pandangan matanya semakin lama semakin kabur. Dia tidak yakin apakah itu semua dikarenakan kabut atau karena dia sebentar lagi akan kehilangan kesadarannya.

"Anda baik-baik saja, tuan?"

Fulgur bertanya dan entah kenapa suara Fulgur terdengar jauh dan tergantikan dengan suara berdenging cukup keras di telinganya.

Jarrod tercekat ketika kabut yang menghalau jarak pandangnya itu terbelah menjadi dua, dia memejamkan mata ketika merasakan percikan air mengenai wajahnya.

Sesuatu telah membelas kabut tebal ini dan Jarrod tidak tahu benda apa yang mampu membuat kabut terbelah dua dan mengeluarkan percikan air yang membasahi wajahnya.

Ketika Jarrod membuka matanya, dia tertegun ketika melihat seorang pemuda yang ia yakini adalah Hart Ardolph. Si pelaku yang membelah kabut tebal ini menggunakan trisula yang terbuat dari air. Di samping Hart terlihat sosok yang menjadi orang pertama yang Jarrod pikirkan ketika dia lari dari jebakan para tetua.

"Barnett?" bisiknya.

Jarrod merasakan tubuhnya begitu ringan ketika ia melihat Barnett, Hart, dan sosok berjubah hitam berjalan ke arahnya. Pandangan matanya semakin kabur dan ia bisa melihat Barnett menatapnya dengan khawatir.

Dan setelahnya, Jarrod tidak mengingat apa pun lagi.

***

"Nona Spirit?"

Sosok yang merupakan roh itu, menolehkan kepalanya dan mendapati salah satu penjaga setia Kastil Spiree ini berdiri di belakangnya dengan kepala tertunduk dalam.

Spirit. Dia adalah roh dari seorang ratu yang memimpin kerajaan paling berkuasa di Gredam ribuan tahun yang lalu. Jasadnya terkubur di atas tanah Spiree yang dulu merupakan ladang Bunga Dandelion. Kota Spiree dibangun di atas ladang bunga tersebut untuk menumbuhkan Pohon Abadi dan dijaga oleh para roh yang setia dan mengabdi pada Caitlin, Dewi Perdamaian.

Sang dewi membangkitkan roh milik ratu paling hebat dan bijaksana di Gredam itu dan mengangkatnya sebagai pelindung Kota Spiree.

"Daun-daun ini semakin terlihat hidup" ucap Spirit sambil memandang dedaunan Pohon Abadi yang mulai menampakkan tanda kehidupan.

"Itu pertanda, sang kesatria semakin dekat."

Spirit membalikkan tubuhnya dan tersenyum hanga, "Kita tinggal menunggu reinkarnasi Helmut datang dan membangunkan Pohon Abadi."

Penjaga yang juga merupakan roh itu menatap lekat Spirit yang melangkahkan kakinya menjauhi Pohon Abadi.

"Azura masih hidup, Nona Spirit. Dia belum mati seperti yang dikatakan Esme Wilfredo" ucapnya membuat Spirit menghentikan langkahnya.

"Azura.., masih hidup?"

"Iya, Nona Spirit. Tubuhnya tersegel di Darhagen."

[FF NCT DREAM] HELMUTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang