Bab 36: Noah

266 39 1
                                    

"...Eric...Eric..."

Pemuda itu berusaha membuka matanya yang terasa berat.

"ERIC!"

Seketika, kesadaran Eric kembali sepenuhnya. Dia berusaha memfokuskan pandangan matanya yang kabur. Dia hendak mengucek matanya, namun dia tertegun ketika ia menyadari bahwa dia tidak bisa menggerakkan tangannya.

Kedua tangannya terdapat rantai yang tertanam di dinding sel tahanan ini, begitu pun dengan kakinya. Dia berusaha melepas rantai tersebut namun hasilnya nihil. Dia malah berteriak kesakitan ketika merasakan nyeri yang luar biasa di tangan kanannya. Bau anyir tersebut membuat Eric menoleh ke tangannya dan disaat itulah, Eric mengingat kejadian mengerikan yang ia alami sebelumnya.

Jantungnya berpacu dengan cepat ketika mengingat bagaimana kakak sepupu yang sangat ia percaya dan selalu menemaninya berlatih pedang, justru mengayunkan pedang ke Eric bahkan nyaris membuat tangan Eric putus. Tidak ada rasa kasihan di wajah sang kakak sepupu. Mengingat hal itu membuat mata Eric terasa panas.

Apakah penyerangan yang ia dapatkan telah diketahui oleh orang tuanya?

Atau justru, penyerangan ini atas persetujuan orang tuanya?

"Eric!"

Seruan itu terdengar familiar di pendengaran Eric. Dia pun mencari asal suara yang ternyata berasal dari sel tahanan di depannya.

Betapa terkejutnya Eric ketika ia mengetahui bahwa asal suara tersebut berasal dari Garren.

Dia kembali teringat ketika ia tiba di rumah Garren, hunian Keluarga Lew itu habis dilalap si jago merah. Dia bahkan berpikir tidak akan ada yang selamat dari kebakaran hebat tersebut. Namun, ketika ia melihat sosok Garren Lew benar-benar ada di depan matanya dan saat ini sedang menatapnya khawatir, membuat Eric tidak kuasa menahan haru yang ia rasakan.

Seketika ia menitikkan air mata dan menatap Garren sambil tersenyum lega.

"Syukurlah..." isak Eric yang terdengar memilukan.

"Syukurlah kau selamat, Garren..."

Garren yang mendengar itu terkesiap dan merasakan ada sesuatu yang menyesakkan di dadanya. Perlahan, anak itu tersenyum walaupun air mata lolos dan jatuh membasahi pipinya.

"Aku juga bersyukur, Eric."

Garren pun terisak dan memaksakan sebuah senyum.

Secercah harapan ia hadirkan di dalam hatinya walaupun dia tidak yakin apakah harapan itu akan terkabul atau tidak.

Garren sudah pasrah dan siap menyusul orang tuanya jika memang takdirnya mati di dalam penjara ini.

"Ayo, kita keluar dari sini, Eric.."

***

"Kapan Reinhard sadar?! Bukankah kau bilang si pak tua pendek ini adalah tabib terhebat di Foggurne?!" seru Hugo dan dia langsung mengaduh kesakitan karena mendapat pukulan "sayang" dari si pak tua yang Hugo sebutkan tadi.

"Bocah kurang ajar! Siapa yang kau sebut pak tua pendek?!" seru tabib itu.

Tabib tersebut memang memiliki tubuh pendek. Tentu saja, itu semua karena dia seorang kurcaci. Tetapi, dia bukan seorang pria tua! Salahkan jenggot putih panjang di dagunya yang membuatnya menjadi terlihat tua. Padahal, dia sengaja memanjangkan jenggotnya dan mengecatnya menjadi warna putih karena ingin memiliki aura tabib yang bijaksana.

"Aku tidak menyangka bahwa semua ucapan ayahku salah. Dia bilang Foggurne diisi bandit mengerikan yang tidak ramah dengan orang asing. Tapi, ternyata, mereka seorang kurcaci?" bisik Hart pada Barnett yang menganggukkan kepalanya setuju.

[FF NCT DREAM] HELMUTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang