Langit dipenuhi oleh bintang yang berkerlap-kerlip.
Di atas atap ini, Reinhard duduk bersama Wendy sambil memperhatikan keadaan langit yang sangat cantik malam itu.
"Sepertinya rumah kita akan dipenuhi oleh debu" ucap Wendy sambil terkekeh pelan membayangkan keadaan rumah mereka saat ini.
"Mungkin rumah itu dijual orang lain?" celetuk Reinhard dan Wendy tertawa mendengarnya.
"Awas saja kalau mereka berani jual!"
Keadaan di Darhagen malam ini cukup ramai karena masih ada beberapa orang yang terjaga sambil meminum bir dan menikmati pemandangan di langit. Suara riuh tawa mereka bahkan terdengar sampai sini membuat Reinhard tersenyum tipis.
"Mama benar-benar tidak mau tinggal di sini?" tanya Reinhard.
Wendy mengatupkan bibirnya, "Kau mau tinggal di sini?"
"Tapi mama tidak bisa jauh darimu."
Reinhard menoleh menatap Wendy yang terlihat sekali takut akan kehilangannya.
Ibunya hanya memilki dia di dunia ini. Lebih tepatnya, mereka saling memiliki satu sama lain. Reinhard tidak masalah mereka tidak di mana saja. Hanya saja, dia sedikit berat berpisah dengan enam temannya.
Walaupun dia bisa bebas keluar masuk Gredam. Tetap saja rasanya pasti akan aneh.
"Aku akan ikut mama. Mama mau di Gredam, aku akan tinggal di Gredam. Mama tidak mau tinggal di Gredam, aku juga tidak akan tinggal di Gredam" ucap Reinhard dan tersenyum manis pada ibunya yang ikut tersenyum melihat senyuman itu.
Wendy pun memeluk anaknya dengan erat.
Mereka berdua saling berpelukan dan saling menguatkan satu sama lain.
***
Perjalanan menuju Perbatasan Soufield tidak memakan waktu lama berkat Niger. Dia membawa teman-teman naganya sehingga enam anak itik Reinhard pun bisa ikut mengantar Reinhard ke sana.
"Jaga dirimu, Niger. Dan tolong jaga tempat ini untukku" ucap Reinhard pada Niger.
"Baik, tuan.."
Reinhard menatap teman-temannya yang saat ini terlihat tidak rela Reinhard pergi meninggalkan mereka.
Yang sangat terlihat jelas adalah Hart dan Hugo. Mereka bertiga yang paling lama menghabiskan waktu bersama. Mereka juga berlatih bersama-bersama dan berpetualang bersama-sama sampai bertemu dengan yang lain.
Reinhard pun memeluk enam temannya itu dengan erat. Mereka bertujuh saling berpelukan membuat Wendy tersenyum hangat pada tujuh pemuda itu.
"Aku akan sangat merindukanmu, Reinhard!" seru Hugo dan memeluk erat Reinhard, dia bahkan menghalangi Garren yang hendak memeluk Reinhard.
"Jangan tamak, Hugo! Aku juga ingin memeluk Reinhard!" seru Garren lalu melepas paksa Hugo dari Reinhard.
"Sering-seringlah ke Gredam, kami akan menjemputmu" ucap Barnett pada Reinhard yang kewalahan menghadapi Hugo dan Garren yang rebutan ingin memeluknya.
"Kalian berdua ini!" seru Eric lalu dengan mudah melepaskan Garren dan Hugo yang berusaha memeluk Reinhard.
"Kami akan menjaga Gredam, dan aku harap kau tidak lupa pada kami" ucap Jarrod pada Reinhard yang telah melepaskan diri dari Garren dan Hugo.
"Tidak mungkin. Aku tidak akan melupakan kalian" ucap Reinhard.
"Memang tidak boleh! Kau dilarang melupakan kami!" seru Hart menggebu-gebu.
Mereka pun saling berpandangan lalu mereka tertawa sebelum Reinhard kembali bersama ibunya.
"Jaga diri kalian, aku akan segera kembali" ucap Reinhard, melambaikan tangannya pada enam temannya yang juga ikut melambaikan tangannya ke Reinhard.
Reinhard menatap Wendy dan menerima uluran tangan ibunya itu lalu mereka saling bergenggaman tangan.
Mereka berdua pun berjalan menuju Perbatasan Soufield.
Seketika sebuah cahaya putih terlihat di antara sela-sela pohon tinggi di perbatasan itu.
***
Aiken menatap lekat istana Darhagen yang sedang dibangun oleh beberapa pekerja. Keadaan istana tersebut benar-benar rusak parah.
Selain itu, dia juga harus memikirkan beberapa pemimpin di Mafornburgh ini, kalau bisa yang dulu mendukung Lucius harus ia musnahkan terlebih dahulu.
Aiken menoleh dan terdiam ketika melihat sosok Yuura berdiri tidak jauh dari tempatnya berdiri.
Peramal cantik itu berjalan mendekati Aiken dengan pandangan matanya tidak lepas dari Aiken.
Aiken menghela nafas lelah.
"Buruk atau baik?" tanya Aiken, dia sudah tahu apa tujuan Yuura datang kepadanya.
Yuura mengatupkan bibirnya.
"Sangat buruk..."
Tamat
Hehe.
Iya, saya suka dengan akhir cerita seperti ini.., jadi maafkan kalau akhir dari ceritanya seperti gantung 🙏
Sebenarnya otak saya sudah terbakar karena memikirkan jalan cerita ini, memang sesulit ini membuat cerita fantasi :") sepertinya ini alasan kenapa saya sudah lama berhenti membuat cerita fantasi 😂
Tapi, bukan berarti saya kapok mau buat lagi 😁
Terima kasih kepada pembaca yang mau membaca cerita ini, bahkan memberi vote dan komentar yang memberi saya semangat untuk menyelesaikan cerita ini dengan penuh perjuangan :")
Saya harap kalian semua menyukai cerita saya ini walaupun saya tahu saya masih memiliki kekurangan dalam membuat cerita. Jadi, kritik dan saran akan saya terima :)
Sekali lagi terima kasih, dan sampai jumpa lagi di book selanjutnya 😁👋🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
[FF NCT DREAM] HELMUT
Fanfiction🎵Raise your weapons, sing a song🎵 🎵 War is here, we waited so long🎵 **** Huang Renjun merasa, dia hanya bermain ke hutan di belakang rumah barunya. Suara nyanyian seorang wanita membuat laki-laki berusia 20 tahun itu berjalan menelusuri asal sua...