✾ BPoM : 2 ✾

111 35 4
                                    

- HAPPY READING, MANIEZ -

.
.
.

Vijena POV

Tidak terasa 3 tahun semenjak lulus dari bangku Menengah Pertama, sekarang aku sedang sibuk-sibuknya melakukan registrasi ulang untuk persyaratan masuk kuliah.

Aku jadi memikirkan apakah nanti saat kuliah aku akan mempunyai kekasih? Apakah aku bisa menyukai orang lain selain Ghadniel? Aku bukan mati rasa, masa perempuan single dan tidak pernah berpacaran sepertiku mati rasa sih?

Hanya saja, setiap aku mencoba membuka hati untuk orang lain, hati dan pikiranku selalu tertuju pada Ghadniel, Ghadniel dan Ghadniel. Padahal Ghadniel saja tidak memikirkanku, huh.

Pernah dengar salah satu lagu Tulus yang judulnya 'Ingkar'? Sepenggal liriknya sangat relate dengan hidupku.

Aku coba dengan yang baru
Kukira hilang bayangmu
Namun tiap dengan yang baru
Rasanya seperti ku berbohong dan curangimu.

Ya padahal Ghadniel tidak akan peduli aku punya gebetan baru atau apapun itu. Tapi aku merasa seperti berpaling darinya saja, puncak komedi.

Selain itu saat punya gebetan baru aku merasa seperti lagu Joji yang berjudul 'Glimps Of Us'

Cause sometimes I look in her eyes
And that's where I find a glimpse of us
And I try to fall for her touch
But I'm thinking of the way it was
Said I'm fine and said I moved on
I'm only here passing time in her arms
Hoping I'll find
A glimpse of us.

Brengshakeee, menjalin kasih bersama Ghadniel pun aku tidak pernah, tapi sudah merasa seperti Joji. Biasa, kaum-kaum yang disakiti oleh lagu galau.

Tapi, aku memang selalu mencari Ghadniel pada diri orang lain. Ku lakukan karena aku tahu aku tidak akan pernah bisa mendapatkan Ghadniel.

Aku menyukai lelaki yang mahir bermain gitar atau berprestasi dalam hal non-akademik lainnya karena Ghadniel pun seperti itu.

Dan entah kebetulan atau bagaimana, beberapa lelaki yang mendekatiku adalah sosok seperti Ghadniel. Aku senang saat bisa dekat ataupun berkomunikasi dengan orang itu.

Tetapi aku tahu aku salah, aku sadar. Tidak ada satu manusia pun yang mau dijadikan bayangan orang lain. Maka dari itu, pada akhirnya aku selalu menjauh.

Dan ada satu kejadian yang sangat membekas pada saat aku duduk di bangku kelas 7.

Di depan kelas, aku dan teman-teman sedang menyanyikan salah satu lagu cukup popoler pada masa itu.

Tanpa sengaja, netraku melihat Ghadniel yang juga sedang berada di luar kelas di gedung sebrang.

Di sana, Ghadniel tengah fokus memainkan gitar di pangkuannya sambil sesekali mengobrol dengan teman se-hobinya, Arsen.

Zara tiba-tiba bertanya, "Na, lo serius suka sama Ghadniel? Lo tau gak sih kalo dia beda keyakinan sama lo?"

Aku tertegun cukup lama, baru mengetahui hal ini dari Zara. Mataku terasa panas, mungkin tanpa kusadari sudah mengembun karna menahan air mata. Aku langsung memasuki kelas, sedangkan Anis dan Tia yang melihat itu menyikut Zara dengan sedikit keras.

Duduk dengan menelungkupkan tangan di atas meja, Aku tidak menangis. Hanya saja hatiku benar-benar sakit mengetahui hal tersebut. Seharian aku hanya diam dan tidak tersenyum sampai teman-teman kelas pun merasa aneh, ditanya pun aku hanya menjawab tidak apa-apa.

Aku berpikir, mengapa harus Ghadniel? Mengapa Ghadniel yang harus aku sukai, mengapa harus Ghadniel yang membuatku tertarik dan kagum. Mengapa aku dan Ghadniel berbeda keyakinan? Dan mengapa dengan bodohnya aki tidak mencari tahu terlebih dahulu? Mengapa, mengapa dan mengapa. Itu pertanyaan di benak ku hari itu. Aku kecewa, kecewa dengan diriku sendiri.

Dulu aku tidak tahu menarik diri dari sekitar, tidak menanggapi ataupun menolak diajak komunikasi oleh orang lain saat kita sedang mengalami masalah yang mengganggu hidup itu merupakan bagian dari silent treatment.

Di sisi lain, ketika masih duduk di bangku SMP aku cukup kesusahan untuk meluapkan segala bentuk emosi yang ada pada diriku. Aku juga tipikal orang yang jika bercerita, aku malah ingin menangis.

Mungkin itu menjadi awal aku melakukan silent treatment pada orang di sekitarku.

Ya benar, silent treatment yang berawal dari galau berat yang penyebab utamanya adalah Ghadniel Ravandra Adyatama.

Banyak orang di dunia ini yang bilang, jangan jatuh cinta jika tidak siap untuk patah hati.

Tapi di luar kendaliku, tanpa bisa ku atur, tanpa bisa aku cegah, aku jatuh cinta. Aku jatuh cinta namun tidak siap untuk patah hati.

Hei jangan salah! Aku jatuh cinta secara tiba-tiba, mana bisa aku persiapkan si patah hati itu.

Aku jatuh cinta. Ghadniel adalah cinta pertamaku meskipun orang-orang menyebut cinta saat masa puber hanyalah cinta monyet, namun aku tidak peduli.

Memikirkan lelaki yang membuatku jatuh cinta, aku merenung lalu tanpa sadar mulai menitikan air mataku, aku menangis hingga tertidur lelap di atas karpet bulu berwarna biru di kamarku.

Saat membuka mata, aku menghela nafas lelah. Karena saat aku bermimpi pun, aku memimpikan dia. Lalu aku memandang ke arah langit-langit kamar, aku tersentak karna ini bukan langit-langit kamarku. Ini juga bukan harum kamarku atau kamar orang tuaku.

Aku bangun dari posisi berbaringku lalu duduk menoleh ke kanan dan kiri mengamati kamar bernuansa abu tua yang dipadukan dengan abu muda ini. Kamar ini harum maskulin.

Aku melihat figura diatas meja yang terletak di depan sofa, lalu aku berdiri untuk mengambil figura itu. Terlihat foto seorang laki-laki berwajah manis sedang memetik senar gitar dan tersenyum ke arah seorang perempuan di sampingnya. Mereka terlihat begitu serasi.

Tapi tunggu, laki-laki di dalam figura itu mirip seperti-

Cklek.

To be Continued.



•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Halo-halo maniez!

Gimana cerita BPoM part 2 ini?

Gimana pendapat kalian tentang Vijena?

Sebagai permulaan, Kath double up. Mungkin akan seperti itu sampai beberapa part ke depan, mumpung otaknya lagi encer nih. Do'a-kan ya semoga cerita 'Best Part of Me' ini bisa sukses sampai tamat.

Karena ceritanya yang baik adalah cerita yang berakhir.

Big Love! 🤍

21 Mei 2024

Vote-nya jangan lupa maniez!
👇🏼

Best Part of MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang