- HAPPY READING, MANIEZ -
.
.
.Jam 8 malam, Sabian berpikir untuk mengunjungi rumah sahabatnya, Kayla.
"Ian, ini Mami sekalian nitip brownies redvelvet buat Kayla ya, dia kan suka banget sama brownies buatan Mami."
Sabian mengangguk saja dan berpamitan pada Maminya itu.
Tetapi sudah berulang kali memanggil Kayla di depan rumahnya, tetap tidak ada sahutan. Pagar rumahnya pun dikunci. Masa sih Kayla sudah tidur? Tapi tidak biasanya.
Mencoba menelpon Kayla, namun hanya suara operator yang terdengar. Menelepon Bi Sarah tidak diangkat.
Sabian menghembuskan nafas panjang, ya sudah lah mungkin mereka sudah tidur.
Berbalik badan untuk menaiki motornya, Sabian dikejutkan dengan kehadiran ART tetangga Kayla yang sudan berdiri di hadapannya, entah sejak kapan.
"Den Sabian cari Non Kayla ya?"
Sabian tersenyum, "Iya Bi Nunung, tapi kayaknya udah tidur. Besok pagi aja saya ke sini lagi."
"Eh tapi den, Bi Sarah tadi buru-buru pergi dari sini naik ojek pangkalan, katanya mau ke rumah sakit Harapan Sehat. Tapi bibi kurang tahu siapa yang sakit."
Perasaan Sabian menjadi tidak enak, apa Kayla sakit?
"Kenapa gak sama supir bi?"
"Si Mang Dede kan dari sore di bengkel den, biasa, servis mobil rutin."
Hah? Mang Dede di bengkel dari sore? Berarti tidak ada yang menjemput Kayla?
"Oh iya, makasih infonya Bi Nunung. Saya pamit dulu, mari." Sabian menaiki motornya dan mengangguk singkat pada Bi Nunung.
Bukannya pulang, Sabian kini berada di resepsionis rumah sakit dan menanyakan ruangan atas nama Kayla Meita Ganinda. Ternyata benar ada pasien atas nama sahabatnya itu di ruang inap VIP.
Saat membuka pintu terlihat Kayla yang sedang minum dengan Bi Sarah yang sedang membereskan keperluannya untuk menginap di rumah sakit.
"Ay," panggil Sabian seraya masuk lalu duduk di kursi di samping hospital bed.
"Kamu kenapa bisa sampe di rumah sakit gini? Tadi sore kan baik-baik aja?" tanya Sabian dengan menuntut.
Kayla menyimpan gelas yang sudah kosong tersebut ke atas nakas dan tersenyum pada Sabian dengan bibir pucatnya.
"Iyaa Bian tenang dulu, biar Kayla jelasin ya."
Sabian masih mengatur nafasnya yang naik turun dengan cepat karena cemas dan berjalan tergesa-gesa ke ruangan Kayla.
"Kayla kan tadi telepon Bian ya? Tapi Bian nyuruh Kayla pulang sama supir, padahal Mang Dede gak bisa jemput karena lagi servis mobil."
"Terus gak ada yang bisa anter Kayla karena rumahnya pada jauh kalau ke Kayla, kasihan Bian udah sore banget. Yang punya rumah juga mau ada acara keluarga jadi gak bisa anter."
"Pas mau pesen taxi gak tahu kenapa pada gak nerima orderan Kayla, pesen gitu aja udah nunggu setengah jam loh Bian."
"Ya akhirnya dipanggilin aja tukang ojek pangkalan deket situ biar cepet."
"Terus kenapa bisa sampe di rumah sakit gini Ay?" Sabian bertanya dengan nada greget.
"Iya Bian bentar ini kan mau Kayla jelasin. Sabar dong."
"Terus pas sampe pertigaan, kok banyak rame-rame anak sekolah gitu. Ternyata pada tawuran karena mereka bawa-bawa balok kayu, batu sama banyak lagi. Terus pada bakar-bakar ban bekas sama Kayla liat ada gerobak pedagang juga yang dibakar. Pas ojeknya mau muter balik, ini kepala belakang sama pelipis Kayla kena timpuk batu." tunjuknya pada bagian yang di perban.
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Part of Me
Teen FictionAku selalu bertanya-tanya, apa bagian terindah dalam hidup? Apakah itu ketika perasaanmu terbalas? Atau ketika memiliki seseorang yang begitu mencintaimu? Tapi sebelum itu, pertanyaan yang paling penting adalah: 'Bisakah aku memilikimu?' Terikat hub...