- HAPPY READING, MANIEZ -
.
.
.Setelah makan dengan sup daging sapi kesukaannya serta meminum obat paracetamol dengan paksaan Ghadniel, Vijena merengek ingin memakan kebab yang berada di kantung kresek satunya.
"Roti aja gimana? Aku beliin kamu roti isi keju di swalayan tadi, sayang." Ghadniel memberi penawaran pada Vijena.
"Kamu ini apa sih? Orang pengennya kebab malah ditawarin roti!" Vijena berseru galak. Ghadniel sampai berjengit pelan dibuatnya.
Selain nyeri di perut, entah kenapa setiap masa haidnya datang menghampiri, nafsu makan Vijena pun bertambah. Ia menjadi mudah lapar, ingin selalu mencamil makanan.
Ghadniel yang kemarin bersikap ketus menjadi agak sedikit berantisipasi melihat kesensitifan Vijena.
Lelaki itu berdeham, "Khm, jadi gini Jen. Niel pas keluar swalayan lihat di sebrang ada kedai kebab baru buka. Karena Niel pengen, jadi Niel beli."
Ghadniel mengucapkan itu sembari melihat Vijena dengan hati-hati. Lelaki itu juga mengganti panggilan untuk dirinya sendiri agar lebih lembut serta gampang merayu Vijena.
"Jadi maksudnya kamu gak mau ngasih kebab itu ke aku? Iya?"
Dengan kesal, Vijena melipat kedua tangannya dibawah dada.
Menggaruk tengkuknya canggung, Ghadniel menjawab dengan lirih "Iya..."
Matanya melirik kemana saja asal tak melihat ke arah Vijena.
"Oke kalo gitu, kebabnya buat kamu aja."
Ghadniel kembali melihat ke arah Vijena dengan mata yang berbinar cerah.
"Tapi kamu pulang sekarang. Gak usah ke sini lagi. Jena males punya tunangan tapi pelit."
Mendengar ultimatum itu, akhirnya Ghadniel menghela nafas panjang, memilih mengalah dan memberikan kebab satu-satunya itu pada Vijena.
Lucunya, setiap Vijena membuka mulut untuk memakan suapan selanjutnya, Ghadniel ikut membuka mulut dengan ekspresi wajah yang kentara sekali ingin juga.
Melihat itu, Vijena tidak kuat menahan tawanya "Hahaha, sayangku mau juga ya?"
Ghadnil segera mengangguk dengan cepat sampai Vijena takut kepala lelaki itu jatuh.
"Yaudah tadi kan kamu nyuapin aku, sekarang aku yang suapin kamu, buka mulutnya pesawat datanggg." Vijena berakting seperti menyuapi anak kecil.
"Enak?"
Ghadniel mengangguk antusias, "Enwak bangwet," jawabnya dengan mulut yang penuh dengan kebab.
Vijena menertawakan Ghadniel karena merasa lucu dengan pipi Ghadniel yang seperti tupai dengan mulut yang sedikit belepotan.
Diusapnya kedua ujung bibir Ghadniel membuat lelaki itu membeku dan menghentikan kunyahannya.
"Makan itu yang bener, bayi besar."
Semburat merah terlihat samar di pipinya, siapapun yang melihat akan tahu bahwa tunangan Vijena ini tidak bisa menahan rasa salah tingkahnya.
Apa Vijena berpikir ia adalah bayi besarnya? Baiklah kalau begitu, Ghadniel dengan senang hati ikhlas menjadi bayi besar Vijena.
Memikirkan ia akan selalu disayang, di rawat dan diperhatikan oleh Vijena setiap saat membuat hati Ghadniel seolah berbunga-bunga.
Ghadniel, lelaki ini benar-benar telah menjadi budak cintanya Vijena Athea Danuarla.
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Part of Me
Teen FictionAku selalu bertanya-tanya, apa bagian terindah dalam hidup? Apakah itu ketika perasaanmu terbalas? Atau ketika memiliki seseorang yang begitu mencintaimu? Tapi sebelum itu, pertanyaan yang paling penting adalah: 'Bisakah aku memilikimu?' Terikat hub...