✾ BPoM : 7 ✾

63 32 0
                                    

- HAPPY READING, MANIEZ-

.
.
.

Adegan di kantin tadi siang berakhir riuh oleh tepukan tangan orang-orang yang memperhatikan mereka, ada yang fokus menonton dan ada yang sedang makan sambil mendengarkan, hitung-hitung live music.

Berbeda dengan keaadan Vijena yang tersipu malu ketika Ghadniel mencium pelipisnya sambil meminta maaf atas kejahilannya tempo hari.

Jika kalian menjadi Vijena apa yang akan kalian lakukan? Tentu memaafkannya kan?! Vijena pun sama, diperlakukan dengan manis seperti itu oleh orang yang ia suka bertahun-tahun, Vijena langsung luluh dan menampilkan raut wajah ceria.


Ghadniel tentu langsung semangat 45 menjalani hari. Begitulah orang yang sudah mendapat maaf dari ayang, hahaha.

Terbalik dengan keadaan tadi siang yang menyenangkan, di malam hari Vijena yang bersandar headboard kasur sedang merenung. Tanpa teman-teman Ghadniel ketahui, Vijena sudah mengenal mereka, lama sekali.

Bersamaan dengan rasa tertarik dan suka pada Ghadniel yang mulai tumbuh kala itu, Vijena pun ikut mengenal nama mereka. Tapi... itu di dunia-nya.

Jika di dunia nyata, Vijena pun tahu betul Ghadniel dan teman-temannya selalu mengikuti acara tahunan Pentas Seni yang digelar di sekolah. Pantas saja jika saat sudah menjadi mahasiswa kemampuan mereka meningkat pesat.

Tapi sekali lagi, hal itu mungkin terjadi jika saja ini di dunia-nya.

Vijena memejamkan mata lalu menghela nafas lelah, entah apa yang terjadi padanya sebenarnya.

2018
Sekolah Menengah Pertama

Para murid berkumpul di aula menyaksikan penyeleksian penampilan bakat untuk acara tahunan sekolah yang selalu digelar oleh mahasiswa PPL, yakni Pentas Seni.

Sedangkan Vijena, Anis, Tia, dan Zara yang lebih memilih jajan untuk mengisi perut lapar mereka. Namun saat sampai di dekat aula, Vijena mendengar suara seseorang yang ia kenal, "Nis, itu kayak suara Kak Sandi gak sih?"

Dahi Anis berkerut, mereka diam mencoba mendengar baik-baik, "Oh iya bener, kita lihat aja yuk!"

Mereka bergegas masuk ke aula dan mencoba mencari celah untuk masuk ke dalam kerumunan. Anis yang memang lebih tinggi dari mereka menarik tangan Vijena, badan Vijena sedikit limbung dan akan menabrak orang lain jika tidak ditahan oleh Tia.

Anis menunjukkan cengirannya, "Maaf Jen gak sengaja."

Lalu Anis melongokkan kepalanya ke kanan dan ke kiri sambil sedikit berjinjit, ketika melihat objek di depannya, Anis berseru sedikit heboh, "Jen! Itu Jen ituu."

Vijena yang melihat itu merasa aneh, Anis ini kenapa se-excited itu melihat Kak Sandi? Kak Sandi ini memang sih Ketua ekskul English Club di sekolah mereka, tapi tipe Anis bukan yang seperti itu.

Melihat Vijena yang malah diam menatap Anis aneh, Tia memberitahu, "Itu yang main gitarnya Ghadniel."

"Hah beneran?!" Vijena memekik sambil berjinjit, "Alah terobos aja."

Demi melihat Ghadniel, Vijena rela menyelip ke sana ke sini sampai akhirnya indra penglihatannya terpaku pada Ghadniel yang sedang duduk di kursi kayu yang telah di sediakan sambil memainkan gitar akustik, sesekali tersenyum mendengar permainan gitarnya sendiri. Di sampingnya, terlihat Kak Sandi sedang memegang mikrofon dengan menyanyikan lagu Zona Nyaman.

Best Part of MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang