DEFENSE

70 63 2
                                    

"Pagi anak-anak," sapa bu Endang lalu disapa balik oleh murid-murid.

Bu Endang geleng-geleng kepala melihat kedua muridnya itu. Baju keluar, baju tidak dikancing, dan tidak memakai dasi.

Jujur. Bu Endang sudah lelah menyuruh kedua anak bandel itu untuk memasukkan bajunya, ia menyerah dan membiarkan saja. Kedua anak itu tak mau berubah dari dulu sampai sekarang.

"Baik anak-anak. Buka hal.100 kerjakan soal essay 10 nomor itu," suruhnya.

"Bu. Soalnya ditulis?" tanya Lena,
Bu Endang menggeleng. Lena ber oh ria.

"Cepat ya. Setelah itu kumpul didepan sama ibu," ucap bu Endang kemudian duduk di kursinya sambil bermain ponsel.

Rahmat tampak sibuk mengerjakan soal tersebut, safar juga ikut bekerja sama dengannya. Awalnya ia tidak mau, tapi karena si safar terus memaksa.

Semua murid sibuk mengerjakan soal tersebut, berbeda dengan kedua pemuda nakal itu. Mereka sama sekali tampak acuh dan tidak menyentuh pulpen dan bukunya, bu Endang melihat kearah mereka.

"Deka! Wahyu! kenapa kalian tidak menulis?" teriaknya.

"Lagi nungguin jawaban dari Rahmat buk!" Sahut Wahyu tersenyum miring menatap sahabatnya.

Rahmat yang mendengar namanya di sebut, lalu melirik kedua orang itu dan memutarkan bola mata malasnya, dirinya capek-capek kerja, eh malah kedua sejoli itu yang keenakan.

"Rahmat. Jangan berikan jawaban kamu sama mereka, nanti jadi ke enakan nantinya," ucap bu Endang menatap kedua pemuda itu tajam.

Rahmat terkekeh kecil, akhirnya bu Endang mengeluarkan kata hatinya. Kedua pemuda nakal itu hanya memutarkan bola mata malas.

"Waktu semakin singkat. Cepat kerjakan!" tegasnya membuat murid-murid fokus kembali ke bukunya.

10 menit

Rahmat tampak sudah selesai, ia sudah siap mengumpulkan tugasnya dan berdiri dari bangkunya. Kedua pemuda nakal itu melirik dan memanggilnya membuat kaki Rahmat terhenti.

"Mat. Liat buku lo," kata Wahyu.

Rahmat menatapnya tajam, Pemuda itu hanya terkekeh geli melihat raut wajah dari sahabatnya.

"Nanti gue traktir," jawabnya.
Matanya seketika berbinar mendengar kata traktir.

"Serius lo!?" matanya seketika berbinar, langsung saja diangguki oleh kedua pemuda nakal itu. Rahmat dengan senang hati memberikan bukunya.

Kedua pemuda nakal itu langsung menyalinnya, semua murid-murid hendak menaikkan tugas mereka kedepan.

"Kalian bertiga," kata bu Endang"
Cepet kumpul!"

"Sabar bu!" Sahut Wahyu.

5 menit

Kedua pemuda ini sudah selesai, langsung saja Rahmat mengumpul buku mereka bertiga. Bu Endang
sudah keluar dari kelas, sekarang tinggal mereka bertiga di kelas tersebut, Jam istirahat sudah berbunyi.

"Lo berdua, utang sama gue." Ucapnya dan diangguki pelan oleh kedua pemuda nakal itu.

Deka dan Wahyu beranjak dari bangkunya, mereka berjalan menuju kantin. Banyak gadis-gadis yang tergila- gila, sungguh mencuci mata melihat ketiga cowok terkenal dan terganteng di SMA 3 TARAMUDA.

Mereka sedang berjalan menuju kursi bundar, semua orang menatap mereka namun mereka tampak tak peduli.
Mereka bertiga pun duduk dikursi andalan, Wahyu dan Deka duduk bersebelahan, sedangkan Rahmat selalu duduk sendiri.

"Gue pesen ya sekarang," ucapnya semangat. Kedua pemuda nakal itu berdehem, Rahmat dengan semangat pergi memesan makanan.

Tiba-tiba, Sintiya datang bersama Aurel membuat kedua pemuda ini melirik, sejak kapan kedua gadis ini datang?

DEWARA THE SERIES (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang