Winwin NCT - Big (Baby) Boy (Two)

3.5K 95 20
                                    

"Sinii... Mau asi.."
Panggil Tuan sekaligus suamimu saat ini, Wira.

"I-iya, Tuan. Sebentar."
Kamu bergegas menghampirinya setelah mandi.

Hari ini, hari pertama mu menjadi istri sekaligus pengasuh Wira. Kamu sadar, bahwa kamu terikat kontrak dengan Wira sebagai Tuanmu. Walaupun status kalian menikah siri, tidak menghapuskan perjanjian kontrak kalian. Karena itu, kamu memutuskan untuk memanggilnya dengan sebutan 'Tuan'.

"T-tuan, asi nya mau di.. Emm.. Di taruh di botol atau..?"
Sejujurnya kamu malu bertanya.

Tapi, kamu hanya ingin mencari keuntungan. Siapa tahu Wira memang hanya perlu Asi saja, dan dia bisa meminumnya dari botol, tanpa harus menyusui langsung.

"Nggak mau.. Mau nenen langsung.."
Rengeknya.

"O-oke.."
Ujarmu ragu.

Kamu berinisiatif duduk di ujung ranjang, tepat di sebelah Wira duduk. Wangi bunga yang kalem semerbak ketika kamu duduk di sampingnya. Wanginya manis namun tidak membuat pusing ataupun terlalu menyengat. Jujur, kamu menyukainya karena ada campuran wangi permen yang khas.

Tapi, menurutmu ini adalah wewangian yang identik dengan wangi anak kecil, hanya di ubah sedikit dosisnya saja.

Wira menatap terang-terangan kamu yang sudah ada di sampingnya. Kebetulan, di malam pertama ini, alias hari pertama kamu bekerja ini, kamu memakai piyama lengan panjang yang cukup sopan. Wira sendiri mengenakan kaos oblong putih dan kolor saja.

"Nunggu apa, gue udah haus."
Ujarnya ketika kalian bersitatap sekejap.

"Eh, i-iya.. Maaf."

Menelan ludahmu kasar. Dengan gugup dan ragu, kamu mulai membuka kancing piyama atasmu. Karena berjaga-jaga tadi, kamu memakai Bra terbaikmu. Bukan. Bukan bra yang merah menyala untuk niat menggoda, kamu hanya memakai bra yang warnanya tidak pudar dan talinya tidak kendor. Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, kamu jatuh miskin dan setahun ini kamu tidak membeli pakaian apapun. Termasuk dalaman yang sudah longgar ataupun pudar.

Sampai di kancing ke 4, dimana hampir tepat di pusar, kamu berhenti dan membuka sedikit piyamamu. Kini nampaklah payudaramu yang sintal namun tidak terlalu besar itu.

"Nenennya bagus."
Puji Wira dengan enteng.

Belum selesai malu dan terkejut, kamu sudah lebih dulu dibuat makin terkejut ketika Wira menyentuh payudara sebelah kananmu. Ingin sekali rasanya menepis tangan yang sudah lancang itu. Namun kamu teringat kontrak yang menyatakan bahwa dia Tuan sekaligus suamimu saat ini. Jadi kamu hanya meremas sprei ujung kasur dan sedikit menggigit bibir bawahmu sebagai pelampiasan.

Hey, perawan mana yang tidak gugup saat ini?!

"Aku udah capek pura-pura dewasa. Toh kamu kan pengasuh sekaligus istrinya aku. Jadi aku akan jadi diriku sendiri aja, ya. Boleh kan, Clara?"
Tanyanya dengan muka polos. Nada berbicaranya juga terdengar berbeda.

Sungguh, rautnya terlihat lebih santai saat sekarang. Wira juga berbicara menggunakan kata aku-kamu, dan segera kamu tahu bahwa itu adalah kosakata ternyamannya ketika berbicara.
Tatapan matanya, juga berbeda, terlihat lebih jernih dan raut yang tidak kaku.

Tapi, kenapa kamu merasa dia malah terlihat seperti seseorang yang manja?

Kamu mengangguk mengiyakan.
"Be Yourself."

Wira meremas payudara kananmu. Matanya berbinar seperti merasa aneh.

"Aku udah lihat nenen 4 kali sebelum kamu. Tentunya yang pertama ya punya mami ku yang udah meninggal. Dulu banget pas masih kecil. Dan nenennya gak terlalu aku ingat. Satu lagi punya jalang tua gak tahu diri."

If You NeedyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang