Jisung - Cause of Game (02)

31.4K 309 8
                                    




"Kamu harus mau, karena kamu kalah"

Perkataan Jisung membuatmu semakin gelisah. Ditanbah kini kamu duduk langsung berhadapan dengannya. Tanganmu semakin erat menutupi bagian payudaramu.

"Jisung, aku... Tidak mau.."
Rengek kamu.

Tangan Jisung baru terangkat untuk menjauhkan tanganmu. Tetapi kamu malah menambahkan satu tangan lagi. Kamu seperti ingin melindungi teritorimu itu. Jisung kini mengurai rambutmu.

"Sayang.. Ini termasuk terapi. Aku janji ini akan nikmat."

"Tapi.. Bukannya ini tidak boleh?"

"Kata siapa?"

Kamu terdiam sembari berfikir. Jisung mengambil kesempatan dengan segera menjauhkan tanganmu. Tak segan-segan dia bahkan menahan tanganmu dengan satu tangan. Matanya tak berhenti menatap ke arah payudaramu. Mau tak mau, wajahmu memerah.

Rasanya malu sekali.

"Kamu cantik, sayang. Kenapa harus malu? Untung saja kamu miliku."
Ujarnya tak jelas.

"Ku kira tadi pink karena terkena cahaya ponsel. Tetapi ternyata memang benar pink. Aku suka."

Padahal belum di apa-apakan, tetapi kamu merasa sangat geli di area tersebut. Entahlah, karena apa. Apa mungkin angin?

"Sayang.. Boleh ya? Aku.. Hanya ingin kamu di terapi. Akan.. Akan aku buat rileks."

Kamu menggigit bibir bawahmu. Mengapa Jisung bertanya jika keadaannya sekarang kamu berada di bawah kendalinya. Dari tadi juga, bertanya tetapi berbuat sesukanya.

Kamu kira Jisung akan mengecup payudaramu. Tetapi ternyata dia malah menciumu. Tunggu.. Ini bukan ciuman yang biasa Jisung berikan... Ini.. Jisung melumat bibirmu. Kamu semakin tak tenang. Entah mengapa suasananya sedikit berbeda.

Apalagi, mata Jisung yang terkadang menatapmu itu, seperti.. Bernafsu?
B

enarkah itu?

"Enghh.. "

Kamu tidak tahu mengapa kamu bisa mengeluarkan suara seperti itu. Yang kamu tahu penyebabnya adalah lidah Jisung yang mengobrak-abrik bagian dalam mulutmu. Oh, jangan lupakan tangannya yang satu, kini telah mengusap pelan punggungmu.

Nafasmu hampir habis. Dan Jisung peka, segera kekasihmu itu melepaskan ciumannya.

"Sayang... Ini baru ciuman. Yang tadi hanya kecupan disertai jilatan luar."
Ujarnya yang membuatmu melongo. Serasa mendapat pengetahuan baru.

"Bibirmu candu. Aku menyukainya."
Ujarnya lagi.

Kamu merona malu setelah mendengar pujiannya.
Jisung mengangkat dagumu untuk menatap matanya. Dia menatapmu dalam, penuh arti.

"Kita lanjutkan terapinya. Aku jamin... Nikmat."
Serunya.

Kamu hanya diam, tak menjawab dan tak mengelak. Jujur saja, sebenarnya kamu sudah merasa penasaran akan nikmat apa yang Jisung berikan. Apalagi, kamu merasa takjub dengan sesuatu yang kamu duduki. Semakin lama semakin mengembang, sesekali mengenai pas titik nikmatmu.

Jisung mendekatkan wajahnya pada payudaramu. Lelaki itu menunduk dan menatap lekat payudaramu. Kamu memalingkan wajah karena merasa sangat malu.

Dingin,

Itu yang kamu rasakan, saat Jisung menjilat nipple mu itu.

"Enghh.. Ji-jisung.. Dingin.. Geli.. "
Ujarmu jujur.

Jisung menatapmu lekat.
"Itu tandanya, harus di hisap sayang."

Dan hangat kamu rasakan ketika Jisung melahap payudaramu. Bibirnya menempel dan lidahnya menghisap nipple mu. Semakin lama semakin kuat pula hisapannya.

If You NeedyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang