20) Ayara berubah pikiran

85 12 0
                                    

Jangan lupa vote dan komen!



Jangan lupa vote dan komen!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.







Mungkin banyak typo bertebaran!



"Has-Hasta, Qi-Qiano!"

Qiano dan Hasta dikejutkan dengan kedatangan  Fino yang tiba-tiba. Cowok culun itu terlihat habis berlari, sehingga membuat nafasnya ngos-ngosan.

"Fino, lo kenapa lari-lari?" tanya Hasta berjalan menghampiri cowok itu. Hasta memegangi satu bahu Fino.

"I-itu, A-Ayara- " Fino terlihat kesusahan berbicara.

Qiano juga menghampiri keduanya dengan kedua tangan yang masih ia masukkan kedalam saku celana. Qiano tetaplah Qiano, ia tidak bisa mengubah ekspresi nya walau hanya sesaat.

"Cerita pelan-pelan Fin" tegur Hasta sambil menenangkan Fino. Cowok itu menarik nafasnya dalam-dalam lalu menghembuskan secara perlahan. Setelah merasa sudah tenang, Fino mulai menceritakan sesuatu kepada Qiano dan Hasta.

"A-Ayara dan te-teman-teman yang lainnya, pu-pulang!" cerita Fino walaupun masih gugup.

Qiano dan Hasta melihat kearah satu sama lain dengan tatapan bertanya. Keduanya agak kurang paham maksud
Fino.

"Maksudnya?" tanya Hasta dengan kening berkerut.

"Me-mereka mau pulang, dan ka-kabur lewat ge-gerbang belakang" sahut Fino membuat Hasta membulatkan kedua matanya lain dengan Qiano yang terlihat biasa-biasa saja.

"Yang benar, terus mereka dimana?" tanya Hasta lagi.

Fino menggelengkan kepalanya. "Me-mereka udah pergi dari ta-tadi" jawabnya.

Hasta diam untuk memikirkan sesuatu.

"Se-sebenarnya A-Ayara bilang ja-jangan kasi ta-tau kalian, ta-tapi Fi-Fino takut mereka ke-kenapa-napa" ucap Fino.

"Ayara juga ikut?" Fino mengangguk membuat Hasta menghela nafas berat.

"Lo tau Dylan dimana?"  Hasta kembali bertanya.

Fino hanya menjawab dengan gelengan kepala.

"Dylan masih diruangan pak Fedrix" jawab Qiano.

"Fi-Fino takut para guru tau, me-mereka kabur" ujar Fino. "I-ini salah Fino, ka-karena udah beri tau me-mereka soal ge-gerbang di be-belakang itu" lanjutnya.

"Udah, lo nggak perlu takut, kita akan bantu cari kok!" Hasta mencoba menenangkan.

"Ta-tapi diluar hutan" sahut Fino mengingat GHS adalah sekolah yang terletak di tengah hutan lebat.

Hasta melihat kearah Qiano untuk meminta solusi.

"Kita temui Dylan dulu!" Qiano yang mengerti pun menjawab.

GHS || Strange ShcoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang