Eleven

24.5K 74 1
                                    

***

Pagi itu, aku tengah bersantai sambil menyiram tanamanku di taman. Lagu Coldplay berjudul In My Place menambah semangatku. Tanaman dan tuannya memang harus sering bertemu satu sama lain. Itu sudah ritual wajib.NSeperti ikatan dari tradisi jaman dahulu kala. Karena hijaunya tanaman bisa membuatmu tenang, mekarnya bunga bisa membuatmu tersenyum.

Setelah menyiram tanaman sambil berolahraga, datanglah Mang Ujang. Dia bilang bahwa anak-anak yang ingin bakar-bakar sate di proyek malam ini.

Ah, iya juga.

Sudah lama juga anak buahku tidak mengadakan acara bakar-bakaran. Biasanya mereka lakukan kalau misalnya kerjaan mereka sudah memenuhi target. Aku suka traktir mereka dengan makan-makan. Kali ini mereka berinisiatif ingin bakaran sate bareng.

"Kita nyate aja, Bos."

"Ya udah, malem ini kita nyate."

"Jangkrik, Bos."

Aku ketawa dengan kode Mang Ujang, supaya aku belikan seekor kambing untuk mereka pesta. Kode Kasino memang melegenda. Dan tiap kali anak-anak mengucapkan kode itu, selalu berhasil membuatku ngakak.

"Ya udah. Nanti siang Mang Ujang sama saya ikut beli kambing, acaranya kita mulai jam 8."

"Yes! Siap, Bos!"

Aku lanjutkan olahragaku. Lari sekeliling komplek Cluster. Kulihat tukang sudah mulai prepare. Aku nimbrung sambil ngobrol dan ngopi tipis-tipis dengan mereka.

Namun tiba-tiba, ada yang telepon. Ternyata dari Agnia.

"Aa di mana?"

"Lagi olahraga. Kenapa, Nia?"

"Ini Nia lagi depan gerbang Cluster Aa. Nia bawa makanan pesenan Mama buat sarapan."

"Aduh, repot-repot amat, Nia. Aa jadi nggak enak."

"Ini sarapannya Agnia yang buat sih, hihihi. Katanya Aa suka nasi goreng kuning."

Memang akhir-akhir ini aku semakin dekat dengan Agnia, meskipun hanya sekedar nelepon. Makan di luar, dan saling menasihati.

Namun, kalau urusan jodoh dan cinta aku masih belum tahu. Yang jelas, untuk saat ini aku begitu senang ketika dekat dengan orang sebaik Agnia.

"Ya udah, Aa ke sana nih sekarang."

Aku berjalan ke arah gerbang. Terlihat si cantik duduk di atas motor. Memang benar Agnia itu cantik. Yah, meskipun Agnia belum tahu ke depannya seperti apa. Agnia mau menujukkan bahwa dia memang serius untuk mencari pasangan hidup. Dia bilang kalau emang ada jodohnya, selesai kuliah pengen langsung nikah.

Rantang plastiknya kuambil, Nia tersenyum menemuiku.

"Makasih banget, lho, Nia." Aku berkata rintangan.

"Nggak pa-pa, Aa. Aa juga udah bantu-bantu Agnia nyelesein skripsi." Agnia tersenyum manis sekali. "Masih olahraga, A?" tanyanya.

"Udah, kok. Tadi sekalian mampir bentar, ngobrol-ngobrol aja sih sama tukang. Eh iya, masuk dulu yuk ke rumah."

Agnia menggeleng malu-malu. "Malu atuh, Aa, takut jadi gosip. Agnia kan bukan siapa-siapanya Aa. Entar disangka pacarnya Aa lagi."

"Hahahaha. Atuh masuk mah masuk aja, Nia, santai aja. Pasti enak ini kayaknya."

Aku memandangi makanan pemberian Agnia. Tanpa menunggu lama, kubuka rantangnya, wow! Nasi goreng panas dengan banyak pete di atasnya.

"Yummy! Makasih, ya, Nia. Btw, kamu kapan wisudanya?"

Ryan 21+ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang