***
Siang hari, ketika aku sedang di luar kota untuk bertemu dengan klien, aku mendapat telepon dari Ustadz Ali bahwa besok dia mau umroh ke tanah suci, dan beliau sekalian mengundangku untuk datang ke acara ngeriungan di rumahnya.
"Ba'da maghrib, ya, Ryan. Jangan sampe nggak dateng."
"Iya, Pak Ustadz. Coba ya waktu ditawarin Pa ustadz saya ikut, bisa bareng kita nih umroh."
"Hm. Kamunya yang susah. Udah saya ajak-ajak juga kamu susah, sibuk melulu."
"Hehehe, lain kali aja, Pak Ustadz, In Sha Allah."
Ustadz Ali merupakan agen umroh terpercaya oleh masyarakat, hampir setiap tahun dia membawa jamaahnya ke sana karena memakai sistem 10 jamaah gratis satu.
Hampir setiap tahun Ustadz Ali dapet bonus gratis umroh karena berhasil membawa 15 jamaah umroh setiap hendak ke tanah suci.
Berkali-kali aku ditawarkan untuk umroh, bahkan aku sering diomeli Ustadz Ali karena tak mau terus.
"Kamu itu, harta banyak harus ada gerakan yang bisa jadi manfaat. Diajak umroh nggak mau aja ngomongnya."
Aku suka tertawa sambil menahan malu kalau Ustadz Ali sudah ngomong seperti itu.
"Hehehe. In Sha Allah tahun besoklah saya ikut Pak Ustadz. Ngomong-ngomong, Pak Ustadz sama Ustadzah Harla nggak ke sana?"
"Nggak, Yan, tahun ini mah. Jamaahnya kan cuma lima belasan. Kalau lebih dua puluh mah boleh. Makanya tahun besok kamu ikut pasti rame, jadi saya bisa ngajak Fahad juga, kan?"
"Iya deh, Pak Ustadz, tahun depan saya ikut."
"Bener, ya? Oke. Nanti maghrib jangan lupa kita ngeriungan."
"Siap, Pak Ustadz."
Aku tutup telepon sambil melamun. Bener juga kata Ustadz Ali, sih. Harus punya gerakan untuk beramal bila punya harta. Suatu saat, aku pasti nyumbang tanpa diberi tahu namaku bahwa aku yang menyumbang, menghindari pujian. Tahun besok aku berniat untuk ikut beliau.
Di luar kota, aku ketemu bestieku, Reyhan. Wah kangen berat aku ketemu sobatku yang satu ini. Kami melepas rindu di kafe tempat biasa kami nongkrong sewaktu muda dulu.
"Ndro, temen-temen pada nanyain tuh, kapan lu pulang?"
"Minggu besok aku pasti pulang, Boy. Salam aja sama anak-anak. Terus sediain aku traktiran yang banyak."
"Hahahaha. Ada juga kamu kan, Ndro, yang harus traktir kita-kita. Gimana, sih?"
"Yeee gitu! Yang kangenlah yang nraktir, masa aku yang nraktir."
"Bisa aja."
Aku melepas kangen sampai sore hari.
Kadang Reyyan yang datang ke kotaku. Kadang aku yang janjian kalau ada di luar kota.
Reyhan, sahabat yang selalu menjadi pelampiasan segala bentuk emosi. Meskipun amat jarang aku bertemu dengannya, tetap kami terikat sampai mati. Ya, sebokep-bokepnya si Reyyan ini, tetap saja dia itu sahabatku. Tak ada rahasia-rahasiaan di antara kami berdua. Belakangan ini, si Reyhan beli mobil Porsche keluaran terbaru hasil jerih payahnya sendiri.
"Beuh! Pake mobil kayak gini kamu bisa kencan sama polwan cakep, Boy."
"Hahahaha, sarap."
Untung anak orang kaya tuh si Reyhan. Coba jalau anak orang susah, tak kebayang hidupnya seperti gimana. Membetulkan antenna saja tak bisa tuh anak. Tuhan memang Maha Adil.
![](https://img.wattpad.com/cover/369734614-288-k695584.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ryan 21+ [END]
Ficção Geral*** WARNING!!! CERITA DEWASA PENUH ADEGAN SEKS KOMPLEKS, KATA-KATA KOTOR, VULGAR, DAN TAK SENONOH. DIMOHON DENGAN BIJAK PARA PEMBACA UNTUK MEMILIH BACAAN. TERIMA KASIH. *** Sinopsis Tentang Ryan. Lelaki jomblo yang mencoba berdamai dengan masa lalu...