***
Sepulang dari kota, sengaja aku makan di sebuah tempat makan favorit dekat daerahku. Ini adalah tempat makan sop dan sate yang paling enak di daerah sini. Tak ayal, begitu banyak pelanggan yang makan di tempat ini termasuk aku. Sebab, sajiannya yang selalu terasa enak di lidah.
Ketika aku sedang lahap-lahapnya menyantap makanan, aku melihat Pak Haji Imron masuk. Ah, itu Pak Haji beserta istrinya, Bu Haji Ainun.
Kebetulan aku bertemu mereka di sini, karena pesanan pasirku yang banyak belum aku bayar.
Untuk waktu yang lama, perhatianku tertuju pada Bu Ainun yang sudah lama aku tak berjumpa dengannya. Wanita setengah baya itu semakin cantik. Dia memakai gamis ketat warna hitam dan kerudung putih, tonjolan susunya tercetak besar dibalik gamis hitamnya itu.
Aku jadi kangen dengan Bu Ainun. Aku lambaikan tangan ke arah mereka berdua.
"Assalamualaikum. Pak Haji, lama amat nggak ketemu." Aku menyapa sopan sambil mengulas senyum, lalu berlanjut menyalami mereka berdua.
"Waalaikumsalam. Aih, Ryan. Aduh, kebetulan amat." Pak Haji membalas salam, seraya tersenyum cerah.
Bu Ainun nampak kaget dan senyum ke arahku.
"Aduh, sombong euy sekarang mah, udah gede proyeknya." Pak Imron menyenggol lenganku bercanda.
"Ah, biasa aja, Pak Haji, orang masih suka mesen pasir, kok. Untung ketemu Pak Haji di sini sekalianmau nanyain bon."
Aku mulai larut dalam obrolan pengembangan proyekku dengan Pak Imron. Aku ceritakan tentang peresmian pembangunan Site Plan B-ku, bahwa aku butuh pasir dan batu split lebih banyak tanpa harus menumpukkan bon yang lebih banyak. Aku bilang akan segera aku transfer setelah melihat nominalnya.
Sambil mengobrol ringan, aku melihat dan menikmati tubuh istrinya Pak Imron yang molek. Siapa lagi kalau bukan Bu Ainun si tobrut binal.
Ya, lekukan tubuh wanita MILF itu begitu enak dilihat. Seperti biasa, keringat membanjiri cetakan dada montoknya, aku jadi teringat ketika menggoyang susu itu sampai basah karena keringat ketika di rumah sakit, begitu nakal aku mengingatnya.
Bu Ainun yang merasa diperhatikan, melirik ke arahku dengan tatapan tak terbaca. Aku tidak tahu apa dia merasa bersalah atau merasa takut bila melanjutkan hubungan terlarang ini terus menerus, karena hampir beberapa bulan ini dia tidak pernah menghubungiku.
"Wah, terakhir ketemu pas Pak Haji sakit di rumah sakit," kataku sambil menatap istrinya.
Bu Ainun mengalihkan pandangan ke arah lain, namun sudut matanya melirikku sebentar.
"Iya, bener, Yan."
"Sekarang Pak Haji gimana? Udah sehat?"
"Udah sekarang mah. Udah terapi insulin, jadi diabetesnya agak mendingan."
"Olahraga atuh Pak Haji."
"Iya, Yan. Temenin saya lagi atuh maen badminton biar semangat."
Bu Ainun melihat ke arahku. Dia sandarkan kepalanya di atas tangan kanannya yang menempel di meja. Ah, gumpalan susu itu kunikmati dari sini.
"Boleh, Pak Haji, akhir-akhir ini saya emang sibuk banget. Ngomong-ngomong, Pak Haji abis dari mana ini rapi amat?"
"Abis pulang pengajian."
"Oh, pantes pada cantik dan ganteng."
Pak Imron dan Bu Ainun tertawa renyah.
Lantas, Pak Haji menyahut, "Bisa aja. Udah pada tua gini juga dibilang cantik dan ganteng."

KAMU SEDANG MEMBACA
Ryan 21+ [END]
Narrativa generale*** WARNING!!! CERITA DEWASA PENUH ADEGAN SEKS KOMPLEKS, KATA-KATA KOTOR, VULGAR, DAN TAK SENONOH. DIMOHON DENGAN BIJAK PARA PEMBACA UNTUK MEMILIH BACAAN. TERIMA KASIH. *** Sinopsis Tentang Ryan. Lelaki jomblo yang mencoba berdamai dengan masa lalu...