Twenty

29.7K 94 0
                                        

***

Paginya, aku dibangunkan suara klakson mobil sekitar pukul empat shubuh.

Aku tahu itu Mang Ujang. Aku paksa mataku untuk terbuka karena masih ngantuk berat dari sesiku yang tanggung dengan Teh Lela semalam.

Langsung aku bersiap untuk mandi dan packing gunu menjelajahi salah satu kota kreatif di dunia.

Setelah siap, aku membuka pintu rumah. Aku dapati Mang Ujang terlihat segar, namun berbeda dengan Teh Lela yang nampak sama sepertiku, menahan ngantuk pagi itu.

Aku tersenyum melihatnya. Sangat beda Teh Lela pagi itu bertemu denganku. Walaupun wajahnya setengah ngantuk, tapi tidak mengurangi pesona kecantikannya yang memakai sweater Rajuk warna hijau toska.

"Hayuk, Bos, kita berangkat. Mumpung masih pagi, nanti tidur di mobil aja." Mang Ujang menegur.

Aku mengucek mataku yang masih mengantuk. "Ya, Mang."

Aku nyalakan mobilku. Aku panaskan agak lama. Setelah mengecek ini-itu, kami bertiga berangkat disupiri Mang Ujang. Aku duduk di depan, sementara Teh Lela di belakang.

Belum jauh dari rumah, Mang Ujang tiba-tiba nyeletuk, "Itu si Lela juga tidurnya malem banget, pake ngejerit segala kirain ngapain."

Aku tersenyum mendengarnya, belum sadar kalau semalam Teh Lela basah karena melihat kontolku.

Di sisi lain, Teh Lela diam saja. Dia berusaha bersikap biasa di depan suaminya.

"Ngimpi seru kali, Mang." Aku menimpali.

"Huh. Sampe ngejerit-jerit gitu, lah."

Aku perhatikan Teh Lela di belakang lewat kaca kursiku. Dia tersenyum simpul mendengar omongan suaminya.

Karena ngantuk dari sesi tanggung itu, aku dan Teh Lela tidur pulas di perjalanan, sedangkan Mang Ujang yang jauh lebih segar fokus menyetir.

***

Dua jam kemudian ...

Tak terasa aku terbangun dan hari sudah terang. Baru sampai daerah tol Cipularang. Tumben lancar di hari weekend. Aku hanya bisa berdoa mudah-mudahan beberapa jam ke depan tidak macet sampailah kota sebelah.

Hingga akhirnya, kami bertiga beristirahat terlebih dahulu di rest area untuk sarapan.

Kami sarapan sambil membicarakan daerah rumah yang akan kami survey, lalu kami kembangkan supaya lebih fresh.

Aku perhatikan Teh Lela yang memakai sweater itu. Dia terlihat malu-malu bila bertatapan langsung denganku.

"Buka aja sweaternya, panas," suruh Mang Ujang kepada istrinya.

Teh Lela mengangguk, lalu membuka sweaternya. Kali ini dia memakai blouse ketat dan jilbab kecil warna coklat. Blouse itu memperindah bungkusan payudara nya yang tobrut. Bibir lipstik merahnya terlihat seksi.

"Bos, saya izin ke toilet dulu bentar, abis ini kita langsung berangkat aja."

"Oke, Mang."

Aku dan Teh Lela saling tatap, ingin aku mencicipi bibir merah itu.

Teh Lela tersenyum kecil, lah bersuara, "Apa?"

"Semalem kentang abis." Aku menyahut pelan, seraya mengusap-usap kontolku.

Teh Lela tersenyum. Ia memandang ke arah toilet di mana suaminya berada. Sejurus, dia rapihkan bawah jilbab kecilnya itu sehingga lehernya yang mulus itu terlihat.

Sampai akhirnya, Teh Lela menatap tajam ke arahku sambil berkata, "Izin dulu sama Kang Ujang, Aa, kalau pengen ngelihat leher Teteh."

"Nggak boleh. Pamali."

Ryan 21+ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang